12✓Something's Wrong²

839 38 5
                                    

  Arthur memasuki kamar, ia berdiri didepan pintu kaca yang memisahkan antara kamar dan balkon. Pintu kaca tersebut terbuka sehingga angin dapat menyeruak masuk kedalam kamar. Arthur memejamkan mata menikmati hembusan angin yang menerpa wajahnya. Tiba-tiba saja wajah gadis yang Arthur yakini itu adalah Evelyn terlintas di benaknya.

"Setiap kali aku menutup mata, dirimulah yang aku lihat. Aku ingin, setiap kali aku membuka mata tetap hanya dirimu yang aku lihat.." lirih Arthur.

Sebelah tangan Arthur menahan pada pintu kaca saat ia merasa kepalanya kembali berdenyut nyeri, sebelah tangannya lagi memegangi kepala.

"Arrgh!!"

Perlahan Arthur bersimpuh di lantai dengan kedua tangannya yang menekan kepala.

Muncul ingatan-ingatan aneh bersamaan dengan rasa sakit yang semakin terasa. Arthur mencoba untuk memahami, tapi rasa sakit di kepalanya membuat ia tidak bisa fokus pada apa yang terlintas dalam ingatannya.

Disampingnya terdapat wanita paruh baya yang sedang mengemudi seraya bernyanyi. Wanita paruh baya itu berkali-kali mengusap kepalanya dengan lembut, ia seperti mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan dijawab anggukan oleh Arthur

Wanita paruh baya itu menarik pelan tangan mungil itu dan seperti mengarahkannya untuk melambaikan tangan di udara menikmati lagu yang ia nyanyikan.

Arthur merasa pemilik tangan mungil itu dirinya!
Dia mengingat dirinya dimasa kecil!

Keringat membasahi kening Arthur sampai menetes di lantai. Wajah dan mata Arthur merah urat-urat lehernya nampak jelas. Apa yang ia rasakan di kepalanya sangatlah menyakitkan.

Arthur menghajar lantai cukup keras, kemudian ia bergegas keluar dari kamar menuju ruangan yang selalu ia datangi jika sedang seperti ini.

Arthur berjalan sempoyongan, bahkan sampai berkali-kali menyenggol guci keramik yang menjadi hiasan disepanjang lorong hingga pecah.
Suasana hening membuat suara guci pecah menggema, ditambah berkali-kali Arthur menyenggol guci sehingga menimbulkan suara bising terus-menerus.

Arthur membuka pintu yang diukir itu dengan keras, ia langsung masuk kedalamnya.

.

  Evelyn mengernyit saat mendengar suara orang berjalan tergesa-gesa. Ia bangun dari baringnya dan berjalan untuk melihat keluar kamar.

Ternyata beberapa pelayan berlarian. Evelyn menghentikan salah satu pelayan yang melintas dihadapannya.

"Ada apa?" Tanya Evelyn,

Pelayan tersebut tersenyum tipis seraya menggeleng, kemudian menjawab, "Tidak ada, Nona."
Pelayan itu hendak pergi, tapi Evelyn kembali menahan tangannya. "Kalian seperti panik."

"Hal yang sudah sering terjadi." Ujarnya menjelaskan, "Permisi, Nona. Selamat malam." Pelayan tersebut bergegas pergi menyusul pelayan yang lain.

Evelyn yang penasaran pun mengikuti pelayan tadi dari belakang.

Evelyn terheran-heran saat melihat banyaknya pecahan guci disepanjang lorong. Ia melihat terdapat jejak kaki berwarna merah, yang memungkinkan itu adalah darah. Bisa jadi seseorang menginjak pecahan guci hingga kaki kirinya berdarah, karena jejak kaki yang terdapat di lantai adalah jejak kaki kiri.

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now