21✓Funeral

629 31 4
                                    

  Evelyn menyimpan piring kotor dimeja dapur. Ia bingung akan mencuci piring bagaimana jika tidak ada wastafel?

"Disini tidak mencuci piring dengan tangan. Ada mesin khusus untuk mencuci piring." Suara Arthur terdengar bersamaan dengan tubuh Evelyn yang melayang diudara. Refleks Evelyn mengalungkan tangannya pada leher Arthur.

Pria yang mendadak romantis itu membawa Evelyn keluar dari dapur.

"Jam berapa sekarang?" Tanya Evelyn,

"Tidak tahu, tapi sepertinya dua sampai tiga jam lagi matahari akan terbit." Jawab Arthur.

Evelyn ber-oh-ria kemudian menyandarkan kepalanya pada dada Arthur. Ia merasa sangat nyaman, sampai-sampai ia memejamkan matanya.

Arthur merasa tangan Evelyn di lehernya mengendur, sepertinya Evelyn tertidur. Maka Arthur mempercepat langkahnya.

Setelah sampai di kamar Evelyn, Arthur hendak menurunkan Evelyn diatas tempat tidur, tapi Evelyn malah mengeratkan lengannya di leher Arthur karena mungkin ia berfikir akan jatuh.

Arthur pun tidak jadi menurunkan Evelyn, ia memilih untuk duduk di sofa dengan Evelyn yang masih memeluknya erat dan duduk di pangkuannya.

Arthur merasa kamar itu terlalu gelap, bisa saja setan membisikkan sesuatu yang membuatnya khilaf. Arthur pun kembali berdiri dengan Evelyn yang masih ia gendong ala bridal style untuk menyalakan semua lampu kamar.

Setelah kamar sudah terang benderang Arthur kembali duduk di sofa dan masih seperti tadi dengan Evelyn yang memeluknya dan duduk dipangkuannya.

"Kau akan selamanya menetap, Eve.. Tidak ada yang membutuhkanmu lebih dari aku. Alan boleh memiliki semua yang tidak aku miliki, tapi dia tidak boleh memilikimu. Kau hanya milikku!" Arthur mengecup bahu Evelyn.

 Kau hanya milikku!" Arthur mengecup bahu Evelyn

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.

  Evelyn terbangun dengan dirinya yang memeluk Arthur dan Arthur sendiri tidur dengan kepala yang menyandar kedepan pada bahu Evelyn.

Evelyn merasa ada yang menggelitik perutnya, seperti ada yang bermekaran dihatinya, dan entah mengapa ia merasa sangat bahagia.

Evelyn kembali memeluk Arthur, ia tidak ingin bergerak terlalu banyak dan membangunkan pria tampan itu.

Tapi sepertinya terlambat, karena Arthur sudah bangun bahkan kini Arthur sudah menegakkan kepalanya. Ia memijat tengkuknya untuk sesaat.

"Kau pegal ya?" Tanya Evelyn,

Arthur menatap Evelyn,

"Pagi, Tuan." Sapa Evelyn,

"Pagi." Balas sapa Arthur.

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now