47✓ THE FACT

379 19 7
                                    

Evelyn menggenggam tangan itu dengan lembut. Ia tersenyum dengan mata merah seperti ingin menangis. Tidak, dia tidak membiarkan dirinya menangis.

Ada Arthur. Suaminya itu tidak suka ada air mata yang menetes dari mata Evelyn.

"Hai.." sapa Evelyn yang tentu tidak akan mendapatkan jawaban.

Arthur masih belum sadarkan diri selama dua hari satu malam.

"Aku sudah selamat. Emilio yang menyelamatkan aku dan Adler." Masih dengan senyumannya Evelyn melirik pergelangan tangannya sekilas, luka-lukanya sudah diobati.

"Adler baik-baik saja." Lanjut Evelyn, bercerita. "Adler tampak tidak mendapatkan tekanan apapun. Bahkan putra tampan kita itu menanyakan Elara tepat setelah bangun dari tidurnya." Evelyn bersyukur Elara memperlakukan Adler dengan baik, awalnya Evelyn sudah takut Elara akan membuat Adler tertekan atau bahkan melukai Adler. Siapa tahu saja 'kan?

"Oh ya, calon anak kita juga hebat dan kuat." Evelyn mengelus perutnya, "Dia masih sehat dan tidak ada reaksi buruk apapun." Kandungan Evelyn baik-baik saja.

Hening. Evelyn diam sejenak.

"Adler ingin bertemu denganmu. Tapi aku mengatakan padanya bahwa kau sakit dan anak kecil tidak boleh masuk ke rumah sakit." Evelyn mengelus lembut tangan Arthur, "Kemudian dia bertanya, 'Mengapa anak kecil tidak boleh?' dan kau tahu? Setelah aku menjawab pertanyaannya, muncul berbagai pertanyaan lainnya." Evelyn tertawa seraya menghapus air matanya yang hampir menetes.

"Adler anak yang cerdas. Dia tidak puas dengan hanya mendapatkan jawaban sekedarnya. Kau tau? Aku lebih merasa seperti di interogasi oleh putra kecilku sendiri." Evelyn menggeleng pelan seraya tertawa. "Apa mungkin jika sudah besar nanti dia akan menjadi inspektur? Atau akan menjadi pemimpin dari organisasi agen rahasia?"

Apapun itu Evelyn berharap Adler akan menjadi sosok yang baik dan berguna untuk orang-orang disekitarnya. Sisanya biarlah Adler memilih jalannya sendiri.

.
.

Esoknya Evelyn kembali ke ruangan Arthur. Oh ya, Evelyn juga dirawat karena ia butuh perawatan untuk luka-lukanya. Evelyn menolak untuk satu ruangan dengan Arthur. Ia ingin menenangkan diri.

Saat pintu terbuka, Evelyn cukup terkejut melihat pria yang kemarin masih memejamkan mata tajamnya, kini mata itu tengah menatapnya dengan lembut.

"Arth..." Evelyn tidak bisa melanjutkan ucapannya, ia langsung berlari dan memeluk Arthur.

Ia menangis di pelukan Arthur.
Arthur tertawa pelan tapi ada genangan air mata disana.

"Awh.. Kau menekan lukaku." Bisik Arthur, dengan cepat Evelyn menjauhkan dirinya.

"Maaf."

Arthur tersenyum, ia mengulurkan tangannya mengelus kepala Evelyn. Arthur menggeleng, "Aku yang minta maaf padamu.. Maafkan aku." Arthur menatap Evelyn dengan tatapan menyesal, "Seharusnya aku menjaga kalian, seharusnya aku ada disana untuk menyelamatkan kalian. Tapi aku malah disini, tidak berdaya dan tidak ada yang bisa aku lakukan."

Evelyn menggelengkan kepala dan menggenggam tangan Arthur diatas pahanya.

"Aku akan berterimakasih pada Emilio. Dia telah menyelamatkan keluargaku, duniaku." Arthur mengecup kening Evelyn.

"Kau sudah bertemu Emilio?"

Arthur menggeleng, "Belum. Kau orang pertama yang aku lihat saat aku buka mata."

Evelyn mengernyit, bagaimana Arthur bisa tahu bahwa Emilio yang menyelamatkannya?
"Oh, okay. Tentu kau akan dengan mudah tahu. Hanya Emilio satu-satunya. Tidak akan mungkin ada orang lain yang menyelamatkan aku."

ALLA VOLTA | COMPLETEDonde viven las historias. Descúbrelo ahora