06✓Alan Matthews

1.1K 55 5
                                    

Makan malam sudah selesai. Kini mereka tengah duduk menghadap hamparan bunga-bunga yang belum bermekaran.

Evelyn tidak pegal meski bibirnya terus melengkung tersenyum. Dan Arthur tidak pegal menatap Evelyn.
Evelyn terlalu sibuk dengan pemikirannya sendiri sampai tidak sadar jika sedari tadi Arthur menatapnya.

"Ev--"

Dering ponsel membuat ucapan Arthur terhenti.
Evelyn mengambil ponsel itu dari dalam celana jeans-nya.

Jadi, teman-teman. Evelyn makan malam romantis pake celana jeans :v

Evelyn menelan ludah saat melihat nama yang tertera di layar ponsel.

Arthur masih terus menatap Evelyn.

Evelyn menolak panggilan tersebut. Ia melirik Arthur yang masih menatapnya. "Nomor tidak dikenal." Ucap Evelyn dengan senyuman terpaksa.

Baru saja Evelyn akan memasukkan ponselnya kedalam saku, ponsel itu kembali berdering.
Evelyn langsung kembali menolak panggilan itu.

Arthur melipat kedua tangannya didepan dada, masih dengan mata yang menatap pada Evelyn. Seolah meminta penjelasan.

"Aku akan pergi sebentar jika memang mengganggu." Ucap Arthur seraya hendak berdiri.

Evelyn menggeleng, dengan spontan ia menahan tangan Arthur. "Itu hanya nomor yang tidak dikenal." Jelas Evelyn lagi.

Arthur pun tidak jadi pergi. Suasana hening kembali tercipta. Evelyn semakin gugup, ingin mengawali pembicaraan tapi tidak tahu harus mengatakan apa.

"Kau sudah bertemu dengan Emilio?" Tanya Arthur,

Evelyn mencoba untuk mengingat-ingat, lalu ia berkata, "Sudah Tuan." Jawab Evelyn.

"Tadi siang ada rapat dadakan. Aku fikir aku bisa langsung pulang, ternyata ada beberapa pertemuan lain." Ujar Arthur, mulai bercerita.

Tunggu! Arthur bercerita? Wow! Itu adalah hal yang sangat sangat sangat langka!

"Tidak masalah, Tuan." Evelyn tersenyum sangat manis.

"Ngomong-ngomong. Kenapa kau tidak suka makan dalam keheningan?" Tanya Arthur,

Evelyn berubah menjadi gugup, ia tidak ingin menjawab. Namun, tatapan Arthur yang tajam membuat Evelyn takut jika tidak menjawab.

"Mmm..itu.. Ummm, aku mual. Maksudku, jika aku mendengar kunyahanku sendiri, aku langsung merasa mual." Jawab Evelyn setelah beberapa saat diam dengan gugup.

"Ini sudah larut. Tidurlah." Arthur melangkah pergi begitu saja meninggalkan Evelyn.

Evelyn terdiam menatap kepergian Arthur.
Ponsel kembali berdering, masih dengan nama Alan yang tertera. Evelyn menatap layar ponselnya lama, sampai akhirnya ia putuskan untuk menerima panggilan Alan tersebut.

"Tuhan, terimakasih!! Akhirnya kau menerima panggilanku!" Terdengar suara yang beberapa hari ini Evelyn rindukan. Suara yang biasanya selalu Evelyn dengar meski hanya satu minggu sekali.

Alan..

"Sayang, apa kau baik-baik saja? Kau dimana saat ini? Mengapa sangat sulit dihubungi?!"

Perhatiannya yang selalu Evelyn rindukan. Karena sejak Neneknya meninggal, hanya Alan yang selalu memperhatikannya.

"Sayang!"

"Uhmm, iya.. Aku baik-baik saja."

"Kau membuatku cemas! Aku terus terfikir tentangmu. Aku--"

"Maaf." Evelyn memotong ucapan Alan.

Terdengar Alan menghembuskan nafasnya kasar. Evelyn memejamkan mata, 'Akan sulit untukku jika kau terus bersikap manis seperti ini, Alan' batin Evelyn.

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now