43✓What Must Happen Will Happen 1

444 21 0
                                    

"Kamu yakin tidak ingin mengajak kami ikut denganmu?" Tanya Evelyn untuk kesekian kalinya.

Arthur yang baru selesai memakai sepatu, berdiri. "Aku akan pergi sendiri. Aku khawatir disana masih belum aman untuk kalian." Arthur mengelus sisi kepala Evelyn dengan lembut.

Ia sedikit berjongkok, "Hey jagoan.. Jaga Mommy, ya?"

Adler mengangguk pasti, mereka mengadukan kepalan tangan mereka kemudian saling tersenyum.

Beralih pada perut Evelyn yang mulai membuncit. "Hey yang didalam sana. Jangan repotkan Mommy, ya?" Arthur mencium perut Evelyn dan mengelusnya beberapa saat.

"Baiklah, aku harus segera pergi."
Arthur dapat melihat tatapan ketidakrelaan Evelyn. "Aku akan segera kembali."

"Jika tidak?" Sambar Evelyn. Pertanyaan itu meluncur begitu saja.

Arthur menatap Evelyn tanpa ekspresi.

Evelyn menghela nafas kemudian mengangguk, "Aku akan menunggumu. Kami akan menunggu." Wanita cantik dengan perut buncit ini memaksakan senyumnya.

Arthur tersenyum tipis, "Jaga dirimu." Ia mengecup kening Evelyn agak lama.

"Hati-hati."

Arthur mengangguk. Dan pergi.

Adler dan Evelyn menatap helikopter yang didalamnya terdapat Arthur dari jendela rumah. Adler memeluk kaki Evelyn, Evelyn mengelus kepala bocah tampan itu.

"Kami akan menunggumu, Daddy.." lirih Evelyn.

.
.
.

Milan, Italy

"Tidak ada pergerakan apapun lagi setelah hari itu." Ucap Emilio memberitahukan informasi selama Arthur pergi.
"Kami sudah mencoba mencari bukti bahwa itu perbuatan Alan Matthews, tapi tidak ada bukti apapun yang bisa kami dapatkan." Jelasnya.

"Aku ingin membawa kembali istri dan anakku, tapi aku khawatir mereka akan tiba-tiba menyerang kembali." Arthur mengutarakan kekhawatirannya secara terang-terangan, ini hal baru bagi Emilio mendengarnya.

Pasalnya Arthur tidak pernah mengutarakan secara gamblang apa yang sedang ia rasakan atau ia cemaskan.

"Aku akan mengerahkan lebih banyak penjaga." Usul Emilio,

"Tapi orang-orang mereka tampak lebih terlatih."

Emilio membenarkan yang Arthur ucapkan.

"Biarkan seperti ini dulu. Evelyn dan Adler lebih aman disana."

Emilio mengangguk.

Emilio melihat dari jauh tampak seseorang mengarahkan senapannya pada mobil mereka. Jika seseorang itu menekan pelatuknya, maka Arthur yang akan pertama kali terkena peluru.

Dengan cepat Emilio mendorong punggung Arthur hingga Arthur menunduk kedepan. Peluru itu menembus kaca mobil dan berakhir di sandaran kursi Emilio.

Tiba-tiba saja jalanan menjadi kacau hanya karena satu mobil yang oleng karena ban meletus dan menabrak mobil lain di persimpangan. Semua mobil saling bertabrakan, salah satu mobil sampai terguling berkali-kali dan mengarah ke mobil yang ditumpangi Arthur dan Emilio.

Emilio menarik stir agar menghindari mobil yang berguling tersebut, karena sopir tampak tidak menyadarinya.

"Semua menjadi kacau dalam waktu singkat." Ucap Emilio,

Arthur melihat keadaan sekitar melalui jendela mobil dengan hati-hati.

Beberapa tembakan mengarah pada mobil Arthur. Arthur dan Emilio mungkin dapat menghindar, tapi sopir mereka tidak sempat menghindar alhasil peluru itu mengenai tepat dijantungnya.

Mobil melaju tak terkendali, meluncur melindas mobil lain dan terbang. Mendarat dengan keras kemudian terguling beberapa kali.

Arthur dan Emilio yang berada didalam mobil mencoba untuk bertahan. Mereka mencoba keluar dari dalam mobil sebelum mobil itu meledak.
Kaki Emilio pincang, ia berlari kecil mengikuti Arthur yang tampak hanya luka-luka. Tapi darah mengucur dari kepalanya.

.
.
.
.
.
Give me VOMMENTS, guys
Thank you ❤️

Sabtu, 03 April 2021
Bogor, JaBar

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now