20✓The Sweetest Side

641 29 16
                                    

  Arthur berdiri dari duduknya, "Sudah malam, anginnya semakin dingin. Jika kau masih mau disini silahkan, tapi jangan terlalu lama." Setelah mengatakan itu Arthur melenggang pergi.

Evelyn hanya bisa menatap kepergian Arthur, ia menghela nafas. "Aku sudah yakin semuanya tidak akan mudah." Evelyn menarik nafas panjang dan membuangnya melalui mulut kemudian tersenyum, "Akan aku jalani. Aku sudah masuk 'kan? Tidak ada jalan untuk keluar, kecuali pilihan untuk tinggal." Evelyn tertawa, "Aku selalu mengingat kalimat itu sepanjang hari."

Evelyn menghentikan tawanya, ia menatap ke langit dengan senyuman. "Syukuri, nikmati, dan jalani."

.

   Arthur mengetuk-ngetuk meja kerjanya dengan jari telunjuk, tatapan mata yang tajam itu menatap lurus dan kosong.

"Makamkan jenazah kedua orang tuamu."

ketukan jari telunjuk Arthur pada meja semakin cepat, cepat dan ia pun menggebrak meja sangat keras. "Aargh!!" Arthur menarik kasar rambutnya dengan kedua tangan.

Arthur berdiri dan pergi dengan langkah lebar menuju ruangan lain. Ruangan yang didalamnya terdapat berbagai jenis minuman.

Arthur mengambil satu botol, ia buka tutupnya kemudian meminum air dari dalam botol itu seperti orang haus yang meminum air mineral

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Arthur mengambil satu botol, ia buka tutupnya kemudian meminum air dari dalam botol itu seperti orang haus yang meminum air mineral. Rasa panas menjalar dari mulut menuju leher Arthur, tapi pria tampan itu tidak menunjukkan ekspresi apapun.

Arthur mendudukkan dirinya di sofa yang tersedia, ia kembali meneguk minuman itu lagi dan lagi.

"Makamkan jenazah kedua orang tuamu."

Arthur meminum isi dari botol tersebut hingga habis dan langsung melempar botol tersebut pada tembok sampai pecah.

Pria berwajah super DATAR itu mengusap wajahnya kasar, ia menarik rambutnya kencang dan menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa. Ia menutup mata untuk mengingat kembali kebersamaan saat bersama kedua orang tuanya.

"Makamkan jenazah kedua orang tuamu."

"Aarrgh!!" Arthur mengacak rambutnya kasar, ia duduk dengan tubuh condong kedepan dan kedua tangan yang menekan kedua sisi kepalanya dengan kencang.

"Makamkan jenazah kedua orang tuamu."

"Makamkan jenazah kedua orang tuamu."

"Makamkan jenazah kedua orang tuamu."

Ucapan Evelyn terus terngiang membuat  Arthur menendang meja yang ada didepannya dan membanting meja tersebut ke dinding hingga meja kayu itu hancur.

"Kau harus bisa terus melangkah, hidup bukan hanya soal hari ini, tapi ada hari esok dan seterusnya. Hanya dirimu yang mampu membuatmu keluar dari kegelapan, jadikan tujuanmu sebagai faktor pendorong."

Ucapan Evelyn yang lain kembali terngiang, nafas Arthur tidak beraturan karena emosi. Ia mendudukkan diri di lantai dengan satu kaki ditekuk dan punggung menyandar pada tembok, begitupula kepalanya dan matanya terpejam.

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now