07✓It's All Over?¹|Evelyn POV

1K 54 2
                                    

EVELYN P.O.V

  "Sebenarnya--"

Tiba-tiba wajah Tuan Arthur terlintas diingatanku.

'Mengapa wajah Tuan Arthur selalu hadir diingatanku?!' batinku.

Refleks aku mendorong Alan. Alan terkejut, tentu saja!
Aku jadi gugup, sementara Alan menatapku penuh tanya.

"Maaf."
"Alan."
Ucap kami bersamaan.

Kami saling menatap. Aku yang memutuskan kontak mata kami duluan. Alan pergi tanpa bicara apapun.

Aku memilih duduk sembari memijat kening, "Bagaimana caraku mengatakan padamu, Alan?"

Tak lama Alan kembali dengan dua es krim yang ia bawa. Alan memberikan satu untukku.

Ponsel Alan berdering, ia tampak memperhatikan sejenak layar ponselnya sesaat lalu kemudian menolak panggilan tersebut.
Alan sibuk dengan ponselnya, ia seperti sedang mengetik pesan. Alan sampai tidak sadar bahwa kursi masih jauh dari bokongnya, alhasil Alan terjungkal. Aku tertawa terbahak-bahak melihat itu ditambah dengan es krim yang jatuh tepat diwajahnya.

Alan meringis merasakan bokongnya yang sakit, kemudian ia mencolek es krim yang mengotori wajahnya itu, lalu berdiri dan mengoleskan es krim itu pada hidungku.
Aku berhenti tertawa dan berganti menjadi Alan yang tertawa terbahak-bahak.

Aku menaruh es krim milikku di kursi lalu aku mengacak-acak rambut Alan kesal. Alan memelukku di pinggang dan mengangkatku keatas. Aku sampai memegangi bahu Alan seraya tertawa lepas. Alan menatap wajahku dari bawah dengan senyuman bahagia.

Alan mendirikan aku diatas kursi masih dengan aku yang memegangi bahunya. "Aku tidak bisa lama-lama." Ucapku mengingatkan.

Alan menghembuskan nafasnya perlahan dan mengangguk dengan senyuman tipis. Alan memilih duduk di kursi, ia melotot saat merasakan bokongnya terasa dingin.

Aku turun dari atas kursi dan kembali tertawa terbahak-bahak saat Alan bangkit dari duduknya dengan es krim milikku yang menempel di bokongnya.
Alan menggeram berpura-pura marah kemudian ia menggelitik perutku.
Kami tertawa sepuasnya seharian ini, menciptakan sebuah kenangan yang tidak ingin kami lupakan.

Aku duduk di kursi tunggu yang tersedia di luar toilet umum kota. menunggu Alan mengganti pakaian.

Alan keluar. "Langit tampak gelap." Alan menatap langit. Aku berdiri, "Mungkin akan turun hujan."

"Mari cari tempat untuk makan siang, setelah itu baru aku antar kau pulang." Alan merangkul bahuku.
Aku hanya diam. Baiklah, akan aku usahakan untuk mengatakan padanya nanti setelah makan siang.

Aku dan Alan tiba di cafe langganan kami. Kami hanya memesan jus buah, karena aku sedang tidak ingin makan apapun.

Sepertinya Alan sangat enggan mengalihkan tatapannya dariku. Biasanya aku akan biasa saja, tapi entah mengapa sekarang aku justru merasa risih.
Aku enggan menatap Alan.

Pelayan membawakan pesanan kami.

Baiklah, ini saatnya!

"Alan!"

"Hmm?"

"Bisakah kita bicara serius?"

Alan tertawa kecil, "Akhir-akhir ini kau memang selalu serius."

"Ck." Aku berdecak sebal.

Alan menggenggam tanganku, "Katakan.."

"Bagaimana bisa kau ke Milan?" Tanyaku,

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now