37✓Alan's Honesty

555 27 2
                                    

Evelyn berjalan sedikit cepat seraya sesekali menghapus air matanya. Ini baru siang, tapi sudah banyak masalah yang menyerangnya bersamaan. Jika tahu akan seperti ini, lebih baik Evelyn tetap diam di Mansion.

Pria yang memintanya pergi beberapa saat lalu, kini sedang berlari tertatih mengejar langkah wanita yang sangat ia cintai.

Langkah Evelyn spontan berhenti saat seseorang memeluknya dari belakang, dan seseorang itu berkata, "Jangan pergi.."

Evelyn menggeleng pelan, "Aku harus pergi."

"Tidak lagi, Eve.. Tolong jangan buat usahaku sia-sia seperti ini. Aku tidak pernah lelah mencoba menghubungi ponselmu walaupun aku tahu itu akan sia-sia, bahkan aku rela mencarimu seperti seekor kucing kehilangan induknya di kota besar ini!"

Evelyn melepaskan pelukan Alan, ia berbalik menghadap Alan. Tiba-tiba saja Alan mencekal lengan atas Evelyn dan membawa Evelyn berjalan cepat meski ia sendiri berjalan dengan sedikit tertatih.

"Alan, aku harus segera pulang."

Alan mengabaikan Evelyn,

"Alan, sungguh aku sangat lelah!"

Alan masih mengabaikan Evelyn,

"Masalahku bukan hanya kau, Alan! Tidak bisakah kau bebaskan aku dan biarkan aku hidup tenang?!" Pekik Evelyn seraya menarik tangannya kasar dan menghentikan langkahnya.

Alan terdiam.

"Harus berapa ratus kali lagi aku menghina diriku sendiri agar kau mau meninggalkan aku, huh?!" Nada suara Evelyn masih tinggi, membuat beberapa orang yang melintasi mereka menatapnya.

"Aku sudah menyakitimu!!" Evelyn terisak.

Alan menatap dengan tatapan sayu pada Evelyn, ia melangkah perlahan mendekati Evelyn dan mendekapnya.

"Aku jahat, Alan.. Aku mohon, jangan membuatku terus menghina diriku, terus menyalahkan diriku dan terus merasa bersalah!" Tangis Evelyn.

Alan semakin mendekap erat tubuh Evelyn.
"Ikutlah denganku, aku hanya ingin menunjukkan sesuatu padamu.. Kau tidak harus menyalahkan dirimu lagi, kau harus tahu bahwa aku juga menyakitimu." Bisik Alan dengan suara yang sangat lirih.

Dari jauh seorang gadis cantik yang duduk didalam mobil mewahnya menatap lurus pada sepasang mantan kekasih yang sedang berpelukan ditengah trotoar.

Matanya digenangi air mata, bahkan matanya tampak sedikit memerah. Kedua tangannya mengepal diatas stir, tapi bibirnya melengkungkan senyuman. Senyuman miris yang ia tujukan pada dirinya sendiri.

"Seharusnya aku sudah mengetahui hal itu.." ia tertawa kecil, "Aku yang bodoh!" Pekiknya, ia memukul stir beberapa kali.

Air matanya mengalir di kedua pipi namun tidak ada isak tangis. Ia kembali tertawa, "Alan mencintai Evelyn dengan sepenuh hatinya. Tidak peduli apapun yang terjadi, dia akan tetap mencintai Evelyn seperti apa yang sudah ia lakukan. Bahkan mungkin lebih."

Tampak disana Alan membawa Evelyn menaiki sebuah taksi. Elara segera mengikuti mereka.

Saat melewati gedung perusahaan Arthur, Elara menghentikan mobilnya. Ia menatap gedung megah tersebut, kemudian ia menghapus air matanya dan senyuman miring terbit diwajahnya.

"Tuan Arthur Braxton sangat mencintai Evelyn.. Kita lihat, seberapa kuat Alan melawan seorang Arthur Braxton." Elara tertawa.

Ia menghubungi seseorang melalui ponselnya, ia berkata, "Taksi dengan plat nomor *****."

"Sebentar, Nyonya."

Elara menunggu beberapa saat.

"Taksi itu menandai alamat sebuah gedung apartemen di daerah ******."

ALLA VOLTA | COMPLETETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang