17✓This Is The Best Way

731 30 10
                                    

   Mereka berdua menatap keindahan kota Milan dengan dagu Arthur yang disimpan dibahu Evelyn.

"Apa kau berkata jujur mengenai Alan?" Tanya Evelyn dengan hati-hati.

"Aku sangat membenci kebohongan. Aku memang akan melakukan apapun untuk mendapatkan apa yang aku inginkan, tapi tidak dengan cara berbohong."

Evelyn memejamkan mata, ia merasakan hembusan angin menerpa wajahnya.

'Takdir, apa ini alasanmu memisahkan aku dengan Alan?' batin Evelyn, 'Karena ada seseorang yang bisa menjadi temanku untuk bangkit bersama?' batin Evelyn,

'Tuhan.. Aku tidak tahu apa rencanamu, tapi aku selalu mempercayaimu. Kau tahu itu.' Batin Evelyn lagi.

"Menetaplah dalam hidupku." Bisik Arthur,

Seketika Evelyn membuka matanya, Ia berbalik badan.
Arthur kembali berkata, "Kau sudah masuk, tidak ada jalan untuk keluar. Kecuali pilihan untuk tinggal."

Perlahan senyuman terukir diwajah Evelyn, "Ajari aku untuk mencintaimu, Tuan." Lirih Evelyn membuat senyuman miring Arthur berubah menjadi senyuman tipis yang tulus.

Arthur mencium kembali punggung tangan Evelyn, "Pasti!"

Dalam momen romantis ini suara yang berasal dari perut Evelyn justru terdengar, membuat Arthur mengernyit menatap Evelyn.
Evelyn langsung menarik paksa tangannya, Evelyn membelakangi Arthur.

Perut Evelyn kembali bersuara, kali ini lebih keras.

Evelyn semakin malu!

Arthur menyentuh bahu Evelyn, Evelyn masih enggan berbalik karena malu. Alhasil Arthur langsung menggenggam tangan Evelyn dan membawanya duduk di kursi yang sudah disediakan.

Arthur meminta para pemain alat musik untuk kembali memainkan alat musik mereka, menciptakan alunan musik romantis.

"Pukul berapa sekarang?" Tanya Evelyn,

Arthur melirik arlojinya sekilas, "Hampir pukul 10." Jawab Arthur. "Makanannya sudah dingin, kau tidur seperti tidak akan kembali bangun." Ujar Arthur, entah itu gurauan atau sungguhan tapi yang jelas itu membuat Evelyn tertawa.

Arthur hanya menatap Evelyn datar, seperti biasanya.
Arthur pun mulai memakan makanannya, begitupun dengan Evelyn.

.

  Matahari terbit terlalu cepat, atau mereka berdua yang tidur terlambat?
Tapi yang pasti semalaman mereka hanya berbincang sembari menikmati pemandangan kota Milan yang dipenuhi kerlap-kerlip lampu dari kendaraan dan gedung-gedung.

Perbincangan mereka sesekali diselingi lelucon Arthur yang Arthur ucapkan dengan wajah datar khas dirinya. Sepertinya Evelyn mulai mengenal karakter Arthur. Arthur memang sulit untuk tersenyum, apalagi tertawa. Dan Evelyn akan membiasakan diri untuk itu.

Evelyn tertidur dengan kepala diatas paha Arthur, Arthur sendiri tertidur dengan posisi duduk di sofa dan kepala menyandar pada sandaran sofa yang tersedia di ruangannya.

Evelyn terbangun, ia terkejut sampai langsung duduk saat melihat tangan seseorang berada diatas perutnya. Evelyn mencoba mengingat-ingat dan ia jadi tersipu sendiri.

Arthur tentu merasakan pergerakan Evelyn yang tiba-tiba. Arthur menatap Evelyn yang menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan, kemudian ia beranjak dan pergi menuju kamar mandi yang memang tersedia diruangan Arthur.

Evelyn baru menyadari kalau Arthur sudah tidak ada disisinya, ia menoleh kesana kemari tapi memang tidak ada Arthur diruangan itu. Sampai kemudian Evelyn melihat Arthur keluar dari salah satu pintu.

ALLA VOLTA | COMPLETEWhere stories live. Discover now