001

768 54 1
                                    


Musim semi baru saja berakhir di Seoul. Dan awal musim gugur baru saja dimulai.

Pesawat itu baru saja melakukan landing di bandara Gimpo.

Seorang pria jangkung berkulit putih berjalan melewati orang-orang yang sedang lalu lalang di dalam bandara. Di samping kirinya berdiri seorang pria dengan setelan jas dan celana hitam. Dia adalah asisten pribadi pria tadi.

Mereka baru saja melakukan perjalanan bisnis dari Jepang. Satu minggu berada di negara matahari terbit, membuatnya merindukan banyak hal di Seoul. Ya, jika bukan untuk urusan pekerjaan tentu pria itu memilih pulang lebih cepat sejak awal. Namun, nyatanya banyak hal mendesak yang harus ia selesaikan satu minggu ini disana.

Pria bersetelan serba hitam tadi membukakan pintu mobil yang sudah terparkir di depan pintu keluar bandara. Pria satunya segera memasuki mobil dan duduk di bangku belakang. Sementara sang asisten duduk di depan. Sang sopir segera melajukan mobil meninggalkan kawasan bandara.

"Chanwoo-ya, hari ini aku tidak ada jadwal kan?" tanya pria bermata sipit yang duduk di belakang. Pria yang dipanggil itu menoleh kemudia menggeleng pelan.

"Tidak, Hyung... Jadi apa kau mau pulang ke apartemen atau kemana?" tanya pria bernama Chanwoo. Meskipun posisi mereka di perusahaan sebagai direktur dan asisten pribadi, namun hubungan keduanya lebih mirip kakak-adik.

Pria itu, Kim Jiwon. Dia adalah pewaris tunggal Kim Corp tempat Chanwoo bekerja. Pria itu biasanya bersikap dingin pada semua orang di kantor, tapi saat bersama Chanwoo sikapnya benar-benar berbeda 180 derajat. Dia juga yang menyuruh pria itu untuk memanggilnya Hyung, karena usianya memang lebih muda. Jiwon sudah menganggap Chanwoo seperti adik dan temannya sendiri.

Sejak kecil, Jiwon selalu sendirian. Hanya ada para pelayan yang menemaninya tiap kali di rumah. Dia tidak memiliki saudara ataupun teman. Teman-teman yang dulu ia anggap sahabat, ternyata hanya mendekati Jiwon karena posisi ayahnya. Sejak saat itu, dia malas menjalin hubungan dengan siapa pun. Namun, kehadiran Chanwoo rupanya bisa mengisi ruang kosong dalam sejarah pertemanannya.

"Kita ke kantor dulu. Aku ingin menemui seseorang." ucap Jiwon menjawab pertanyaan Chanwoo. Pria itu melihat Jiwon dari kaca spion sambil tersenyum penuh arti.

"Jangan bilang kau mau menyuruh Jisoo noona bolos lagi, Hyung?" tanya Chanwoo menelisik. Dia sangat mengerti apa yang dipikiran pria itu.

"Kenapa memang? Aku bosnya, jadi aku bebas menyuruh karyawanku melakukan apapun kan?" Sikap sewenang-wenangnya muncul lagi. Chanwoo hanya menggelengkan kepala, menyerah jika Jiwon sudah mengatakan kalimat mantra seperti itu.

"Terserah kau saja, Hyung. Tapi menurutku, Jisoo noona akan menolakmu kali ini. Kau tidak tahu rumor di kantor sekarang?" Chanwoo sebenarnya sedikit mengkhawatirkan tentang rumor yang sedang beredar di kantornya saat ini.

Jisoo hanyalah karyawan biasa di perusahaan Kim. Dia diterima disana juga karena rekomendasi dari Jiwon. Mereka berdua menyembunyikan hubungannya tentu dengan banyak pertimbangan. Jiwon tidak ingin Jisoo menjadi bahan gosip di kantor, dan yang lebih penting adalah... Jiwon ingin melindungi Jisoo dari ayahnya sendiri. Dia khawatir jika ayahnya tahu tentang hubungan ini, pria paruh baya itu akan melakukan sesuatu yang buruk pada Jisoo.

"Kau tahu apa yang harus kau lakukan dengan rumor itu, Chanwoo-ya." Jiwon selalu mempercayakan hal itu pada Chanwoo. Karena hanya Chanwoo satu-satunya orang yang mengetahui hubungannya dengan Jisoo selama ini.

----------



Suasana ruang kantor sedang sepi. Sekarang waktunya jam istirahat makan siang. Tentu semua karyawan sedang keluar untuk makan siang dengan rekan-rekannya. Namun, ternyata ada satu gadis yang masih setia duduk di meja kerjanya. Dia masih sibuk dengan komputer dihadapannya.

✔ STAYWhere stories live. Discover now