028

253 51 7
                                    


Suasana malam ini semakin dingin karena diluar sedang hujan salju. Musim dingin yang sebenarnya sudah menampakkan diri di kota Seoul. Dua manusia yang kini sedang duduk berhadapan di dalam sebuah kafe menjadi saksi bisu peristiwa puncak musim dingin malam ini. Keduanya saling melemparkan pandangan satu sama lain.

Hanbin meletakkan sebuah amplop tebal di tengah meja makan mereka. Pria dihadapannya melirik sebentar pada amplop itu, kemudian kembali fokus kepada Hanbin. Keningnya berkerut seolah menanyakan apa maksud pria itu memberinya sebuah amplop tebal seperti itu.

"Ini uang yang dibayarkan oleh seseorang untuk melunasi pengobatan Jisoo. Dia ingin aku mengembalikan ini pada pemiliknya." ucap Hanbin dengan intonasi datar.

Rupanya Jisoo dan Hanbin sudah tahu tentang hal itu. Jiwon hanya bisa menghela nafas sambil mengalihkan pandangannya asal. Ia tahu cepat atau lambat gadis itu akan mengetahui tentang hal ini. Dan ia juga tak bisa menyalahkan Minah karena telah memberitahu Jisoo bahwa dialah yang telah membayar semua biaya pengobatan Jisoo. Jiwon paham bagaimana sikap keras kepala Jisoo. Pasti dia yang memaksa Minah untuk mengatakan yang sebenarnya.

"Aku tahu kau berniat baik pada Jisoo. Tapi mulai sekarang biarkan aku yang mengurus gadis itu. Bukankah kau sudah berjanji untuk melepaskannya? Jangan lupa, kau memiliki Lisa sekarang. Aku tidak akan memaafkanmu jika kau sampai menyakiti gadis itu sama seperti yang kau lakukan pada Jisoo dulu." Hanbin menatap Jiwon dengan tatapan intens. Ia ingin pria itu tahu bahwa dia sungguh-sungguh dengan ucapannya.

Jiwon membalas tatapan Hanbin dengan sorot redup. Ia paham dengan setiap kata yang diucapkan pria itu. Ia tahu Hanbin sudah benar-benar jatuh cinta pada Jisoo. Sikapnya sekarang cukup menunjukkan bagaimana perasaan pria itu.

Jiwon tersenyum simpul setelah memikirkan sesuatu dikepalanya.

"Aku percaya padamu, Hanbin-ah. Tolong jaga Jisoo dengan baik. Dan maaf sudah membuatmu dan Jisoo merasa tidak nyaman karena hal ini." Kalimat pertama yang Jiwon keluarkan dari mulutnya, membuat Hanbin memandangnya dengan tertegun. Ia bisa melihat seutas senyum yang pria itu tunjukkan, namun disisi lain ada raut kesedihan yang tidak bisa ia sembunyikan dari Hanbin.

"Kau tenang saja. Aku akan menjaga Jisoo dengan baik. Dan mulai sekarang, tolong kau jaga Lisa juga dengan baik. Dia adalah sepupuku satu-satunya." ucap Hanbin seraya tersenyum. Jiwon membalas senyuman itu sama hangatnya.

Suasana diantara mereka mulai menghangat setelah keduanya meneguk minuman dari cangkir masing-masing. Jiwon sesekali menatap keluar jendela dan melihat butiran salju yang turun satu persatu ke daratan. Entah mengapa, salju masih saja mengingatkannya pada gadis itu.

----------


Setelah dua hari menunggu, akhirnya Donghyuk memutuskan nama model yang akan mengisi laman majalah mereka bulan ini. Untuk edisi bulan ini, Donghyuk memilih seorang model internasional yang sudah cukup dikenal di dunia permodelan Korea. Sebenarnya dia adalah orang Korea asli, namun sudah cukup lama tinggal di London, Inggris. Ada beberapa hal yang menurut Donghyuk menarik dari gadis itu, selain wajahnya yang memang cantik khas Korea. Ternyata ia juga adalah seorang penulis buku.

"Hari ini dia akan tiba di Seoul sekitar jam 1 siang. Jisoo-ssi... kau tolong jemput model kita di bandara Incheon jam 1. Kemudian antarkan dia ke hotel yang sudah disiapkan sebelumnya. Pastikan dia sampai disana dengan aman. Setelah itu kau bisa kembali ke kantor. Mengerti, Jisoo-ssi?" Jisoo mengangguk paham dengan penjelasan Donghyuk.

"Mengerti, Sajangnim."

"Kalau begitu, kau bisa kembali ke mejamu." Jisoo segera berdiri dan membungkukkan badan. Ia melangkah keluar dari ruang kerja pimpinan redaksi dan kembali duduk dimeja kerjanya. Jisoo menyandarkan punggungnya sejenak pada kursi, sebelum getaran ponsel menarik atensinya. Ia menegakkan tubuhnya kembali dan membuka sebuah pesan yang baru saja masuk ke nomornya.

✔ STAYWhere stories live. Discover now