005

289 44 0
                                    


Jisoo melangkahkan kakinya menuju meja kerja. Sejak kemarin ia merasa kurang enak badan. Namun, ia memaksakan diri untuk datang ke kantor karena suatu hal. Chanwoo semalam memberi kabar bahwa Jiwon sudah pulang ke Korea. Itu berarti kemungkinan besar, pria itu akan datang ke kantor hari ini.

"Jisoo-ya, apa laporan yang kuminta kemarin sudah kau kerjakan?" tanya salah seorang rekan kerjanya. Jisoo bahkan belum sempat duduk di kursinya. Ia menghela nafas kemudian mencari map berwarna biru dan segera memberikannya pada gadis berkulit pucat itu tanpa mengucapkan sepatah katapun.

"Kerja bagus, terimakasih." Gadis itu langsung berlalu setelah mendapatkan apa yang dia mau. Jisoo meletakkan tas di samping meja kerjanya dan duduk di kursi. Ia memegangi perunya yang kembali terasa nyeri. Dengan susah payah Jisoo menegakkan tubuhnya dan mulai menghidupkan komputernya.


"Jisoo-ya, boleh aku minta tolong padamu?" Tiba-tiba seorang senior pria mendorong kursinya hingga meja kerja Jisoo. Jisoo terkekeh melihat tingkah pria itu. Dia beberapa tahun lebih tua darinya, namun sikapnya selalu saja mengundang tawa. Dari sekian rekan kerja di divisinya, pria itu satu-satunya yang menganggap Jisoo sebagai teman.

"Apapun untukmu, Seungyoon Oppa. Asal jangan minta aku mengerjakan laporanmu." Jisoo merendahkan suaranya diakhir kalimat agar tidak ada yang mendengarnya. Bisa-bisa semua orang di ruangan itu merasa tersindir oleh ucapannya. Seperti biasa, responnya selalu membuat Jisoo mengelus dada. Bukannya ikut merendahkan suaranya, pria itu justru tertawa dengan kencang, hingga semua orang kini memandang ke arah mereka berdua.

"Oppa, kenapa kau tertawa keras sekali?" Jisoo memukul bahu Seungyoon cukup keras karena kesal.

"Maaf-maaf, aku hanya prihatin melihatmu selalu tertindas seperti itu. Bukankah kau dekat dengan Direktur? Jika itu benar, kau tinggal minta padanya untuk mengganti semua staff didivisi ini dengan orang-orang baru? Dengan begitu tidak akan ada yang menganggapmu remeh." Gadis itu kembali memukul bahu Seungyoon karena ucapan tak masuk akalnya.

"Berhenti mengatakan hal semacam itu, Oppa. Cepat katakan apa maumu, sebelum aku berubah pikiran. Pekerjaanku masih banyak." ucap Jisoo sedikit kesal.

"Hmm..." Seungyoon mengambil sebuah map berwarna cokelat di atas mejanya kemudian menyerahkannya pada Jisoo.

"Tolong mintakan tanda tangan Direktur." Jisoo mengangkat alisnya bingung.

"Ya, apa boleh seperti ini? Memang ini berkas apa? Bagaimana jika nanti Direktur bertanya yang macam-macam? Aku tidak tahu isinya apa, Oppa." Jisoo ingin menolak permintaan Seungyoon, namun pria itu terus memaksanya dengan berbagai alasan.


"Oppa yakin ini tidak apa-apa?" tanya Jisoo masih ragu.

"Kau tenang saja, Direktur tidak akan menanyakan hal yang macam-macam. Toh kalian kan dekat, jadi apa yang kau khawatirkan, Jisoo-ya?" Jisoo kembali mendengus mendengar ucapan Sungyoon barusan. Mana bisa dia selalu menyangkutpautkan urusan pribadi dengan pekerjaan seperti ini.

"Sudah sana, Direktur sangat sibuk. Kau harus segera kesana, sebelum dia pergi dari ruangannya." Seungyoon menarik Jisoo untuk berdiri dan mendorongnya menuju pintu keluar.

"Kau bisa melakukannya, Jisoo-ya. Fighting!" Jisoo menghela nafas panjang dan mulai berjalan menuju ruangan Jiwon.

----------



"Selamat pagi semuanya. Pada rapat direksi hari ini, kita kedatangan Tuan Kim. Beliau akan menggantikan posisi Direktur utama di perusahaan ini sementara waktu." ucap Pak Lee selaku wakil direktur di perusahaan Manobah milik ayah Lisa. Pria paruh baya itu mempersilahkan pria muda di sampingnya untuk memperkenalkan diri dihadapan para pemegang saham.

✔ STAYWhere stories live. Discover now