020

258 50 6
                                    


Jisoo menyandarkan punggungnya pada kursi kerjanya. Ia baru saja selesai melakukan rapat bersama rekan-rekan kerjanya di tim redaksi. Meskipun sangat melelahkan karena akhir-akhir ini mereka semua terus dikejar deadline oleh pimpinan redaksi, Kim Donghyuk. Namun, Jisoo juga merasa nyaman bekerja di tempat barunya ini.

Semua orang disini sangat ramah dan menyenangkan. Mereka juga sesekali mengadakan makan malam bersama di salah satu warung pinggir jalan. Meskipun bekerja di perusahaan besar, tapi orang-orang di tim redaksi cukup sederhana mengenai makanan. Berbeda lagi ceritanya dengan selera fashion mereka.

Dalam sekali lihat saja orang-orang bisa langsung membandingkan penampilan Jisoo dengan teman-temannya yang lain. Penampilan gadis itu memang yang paling biasa dibanding semua orang di ruangan ini. Mereka semua sangat memperhatikan fashion, berbeda dengan Jisoo yang cenderung apa adanya.

"Jisoo-ya... kau mau makan siang bersama kami?" tanya seorang gadis berambut pirang berkulit susu dengan senyum menggembang ke arah Jisoo. Dia adalah salah satu teman Jisoo di bagian redaksi.

"Kalian duluan saja, Rose. Aku masih harus menyelesaikan pekerjaanku." ucap Jisoo pada gadis itu dan seorang pria jangkung beralis tebal yang berdiri di samping Rose. Sebenarnya Jisoo sedang tidak dalam mood yang baik hari ini.

"Hmm... baiklah kalau begitu. Aku dan June ke kantin dulu. Tapi, kau jangan lupa makan siang, mengerti?!" kata Rose sambil mengacungkan jari telunjukkan pada Jisoo. Jisoo hanya terkekeh melihat sikap gadis dihadapannya.

"Aku pergi dulu..." Rose melambaikan tangannya dan berjalan mendahului June.

"Kami pergi dulu, Jisoo-ya..." June melemparkan senyuman pada Jisoo dan melangkah menyusul gadis berambut pirang itu. Kini Jisoo hanya sendirian di dalam ruangan. Semua orang sudah pergi ke kantin untuk makan siang.

Gadis itu menghela nafas panjang sambil mengusap wajahnya. Fisiknya terlihat baik-baik saja. Tapi jauh di dalam hatinya ia merasakan ada ruang kosong disana. Ada hal asing yang tiba-tiba menyerobot masuk ke dalam hatinya.

Kejadian kemarin kembali muncul dipikiran Jisoo. Wajah pria itu masih tidak mau hilang sekeras apapun ia mencoba melupakannya. Apa seperti ini rasanya patah hati? Sekarang Jisoo merasa sudah benar-benar kehilangan harapan pada hubungannya dengan Jiwon. Ia harus memulai lembaran baru.



Setelah selesai dengan pekerjaannya, Jisoo segera membereskan berkas-berkas yang tadinya tergeletak di atas meja kerjanya. Setelah itu, ia beranjak dan berniat mencari udara segar di luar ruangan. Satu-satunya tempat yang paling nyaman untuk menyegarkan pikiran yaitu rooftop.

Jisoo melangkahkan kakinya keluar dari ruang kerja. Saat berjalan melewati lorong, Jisoo tidak sengaja berpapasan dengan Hanbin. Ia tersenyum saat melihat pria itu berjalan bersama sekretarisnya. Jisoo lalu membungkukkan badan seraya tersenyum pada Hanbin. Namun, respon yang diberikan pria itu sepertinya lain.

Entah hanya perasaan Jisoo saja atau Hanbin memang terlihat berbeda hari ini. Wajah dan sorot matanya terlihat dingin, tidak seperti biasanya. Bahkan pria itu tidak membalas senyum Jisoo. Padahal biasanya dia selalu lebih dulu melemparkan senyum.

Hanbin hanya menundukkan kepala beberapa derajat, kemudian menoleh kembali pada gadis di samping kirinya. Ia tampak berbincang serius dengan Jennie. Mereka berdua berjalan melewati Jisoo tanpa menoleh sedikitpun. Jisoo yang masih penasaran dengan sikap yang ditunjukkan pria itu hari ini. Ia memandangi punggung Hanbin yang mulai menjauh.

✔ STAYWhere stories live. Discover now