022

252 47 9
                                    

Maaf kalau masih banyak typo bertebaran...




Sandara memutar bola matanya ke sembarang arah. Ia membuang nafas kemudian memejamkan matanya sejenak. Pria dihadapannya sekarang masih diam sambil menghela nafas. Suasana di ruangan tersebut tak ubahnya seperti kamar kosong tak berpenghuni. Setelah pembicaraan beberapa waktu lalu, keduanya hanya saling diam satu sama lain.

"Jadi selama ini Anda menyembunyikan masalah ini dari kami?" tanya Sandara pada pria dihadapannya sekarang yang tak lain adalah pimpinan redaksi, Kim Donghyuk. Pria itu kembali menghela nafas kemudian mengangkat wajahnya.

Rahasia yang ia jaga baik-baik selama kurang lebih satu bulan ini, akhirnya terbuka juga. Awalnya ia tak ingin orang-orang di tim redaksi mengetahui masalah yang sedang dialami perusahaan saat ini. Hanbin selaku direktur utama telah memberikan tanggung jawab yang besar padanya. Donghyuk dan timnya harus bisa menempati peringkat pertama pada penerbitan bulan ini.

Donghyuk hanya tak ingin jika timnya mengetahui bahwa kondisi perusahan sedang diujung tanduk, mereka justru akan putus asa dan kemungkinan terburuk adalah satu-persatu dari mereka akan mengajukan resign. Maka dari itu, Donghyuk berusaha menutupi masalah ini dari timnya sendiri. Tapi...

"Sajangnim..." Suara Sandara menyadarkan pria itu dari lamunannya. Donghyuk menatap wanita yang lebih tua darinya itu dengan wajah datar. Tampak jelas sekarang ia sedang memikirkan banyak hal.

"Aku tahu tidak seharusnya aku menyembunyikan masalah ini dari kalian. Tapi jika aku mengatakannya sejak awal, mungkin mereka akan ragu untuk menyelesaikan projek bulan ini. Kau lihat sendiri, bagaimana reaksi mereka sekarang." Donghyuk mengarahkan pandangannya pada anak-anak di timnya yang saat ini tengah berkumpul sambil memandang ke arahnya lewat sekat transparan di ruang kerja tersebut. Wajah mereka menyiratkan kekhawatiran dan perasaan was-was.

"Mereka mulai khawatir jika kondisi perusahaan mungkin tidak akan bisa diselamatkan. Itu artinya mereka harus mencari pekerjaan di tempat lain..." lanjut pria itu yang kini beralih menatap Sandara. Wanita itu memandang Donghyuk dengan wajah bimbang.

"Aku tahu..." Sandara memberi jeda pada kalimatnya.

"Tapi... apa Anda tidak yakin dengan tim Anda sendiri, Sajangnim? Anda khawatir jika mereka akan meninggalkan perusahaan dan memilih mencari pekerjaan lain. Itu artinya Anda tidak mempercayai loyalitas mereka pada perusahaan ini." jelas Sandara dengan memberi penekanan.

Kalimat barusan berhasil membungkam Donghyuk. Semua yang dikatakan wanita itu benar. Selama ini yang ia khawatirkan hanyalah jika timnya akan pergi satu persatu. Bahkan ia melupakan hal terpenting yang selama ini selalu Hanbin tekankan pada timnya dulu, loyalitas.

"Masih ada waktu satu minggu bukan?" ucap Sandara yang langsung mendapat tatapan dari Donghyuk. Pria itu mengangkat alisnya untuk berpikir sejenak. Sesaat kemudian sebuah senyum tipis terukir diwajahnya.

"Tidak ada waktu untuk membuang-buang waktu..." Sandara menarik sudut bibirnya.

----------


Jiwon dan Lisa sekarang tengah menikmati udara sore di pinggir sungai Han. Jiwon meraih tangan gadis itu dan memasukkannya ke dalam saku mantelnya. Lisa hanya menoleh sambil tersenyum manis. Sikap Jiwon yang seperti ini selalu membuat hatinya menghangat.

"Oppa..." panggil Lisa sambil mengeratkan genggaman tangannya. Pria disampingnya hanya berdeham seraya menoleh pada gadis itu. Ia masih memandang Jiwon dengan senyuman yang sama.

✔ STAYTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon