010

288 44 4
                                    


Jiwon melangkahkan kakinya mendekati pagar beton yang terletak di rooftop gedung kantornya. Udara diluar cukup dingin, mengingat sekarang Seoul sedang berada pada puncak musim gugur. Dari atas sini, Jiwon bisa melihat daun-daun maple yang berwarna merah kekuningan mulai gugur satu per satu.

Pria itu menengadahkan wajahnya menatap langit biru yang memiliki sedikit awan di atas sana. Ia menghirup udara Seoul sore itu dengan berat. Ada perasaan yang masih menganjal didadanya, yang membuat Jiwon tidak bisa menikmati suasana sore ini seperti biasa.

Hari ini akan menjadi hari yang penting untuknya. Ia akan membuat sebuah ikatan dengan gadis yang sudah bersamanya selama empat tahun ini. Namun, hari yang seharusnya membahagiakan ini terasa hambar. Jika Jiwon melakukan pertunangan ini, berarti ia telah mengawali sebuah ikatan dengan sebuah kebohongan.

"Hyung..." Lagi-lagi Chanwoo muncul disana. Dimanapun Jiwon pergi, selalu saja ada pria jangkung itu. Jiwon hanya menghela nafas tanpa berniat menoleh. Dia memilih menikmati pemandangan musim gugur di bawah sana.

"Hyung, kita harus pergi sekarang." Chanwoo berdiri disamping Jiwon sambil menyandarkan punggungnya pada tembok beton itu. Jiwon belum memberikan reaksi apapun. Membuat Chanwoo berbalik dan mengikuti arah pandangan pria itu, kemudian melirik Jiwon.

"Kau sudah yakin dengan keputusanmu?" tanya Chanwoo yang terdengar serius. Jiwon menundukkan kepalanya sejenak.

"Apa ada pilihan lain?" Jiwon membalik pertanyaan itu, seolah ia akan memilih pilihan kedua jika memang ada pilihan selain melanjutkan acara malam ini. Chanwoo hanya diam, bagaimanapun juga yang bisa membuat pilihan dan menentukan keputusan hanyalah Jiwon.

"Ini adalah hidupmu, Hyung. Buat pilihan dan tentukan keputusanmu sendiri. Karena yang akan menjalani semua ini adalah kau." Jiwon mendongakkan kepalanya dan kembali menatap kedepan.

"Kemarin aku melihat Jisoo bersama Hanbin..." Chanwoo membulatkan matanya kemudian mendengarkan cerita Jiwon dengan seksama. Pria itu bercerita dengan wajah sendu, membuat pria berpipi chuby itu merasa sedikit iba.

"Rasanya aku belum siap jika nantinya Jisoo bersama dengan pria lain." lanjut Jiwon disertain helaan nafas panjang. Chanwoo paham perasaannya saat ini.

"Kau sudah memberitahu Jisoo nuna?" tanya Chanwoo penasaran. Pria disampingnya hanya diam dan menggelengkan kepala. Isyarat Jiwon membuat Chanwoo menghela nafas dengan kasar. Bagaimana bisa seorang pria bertunangan dengan seorang gadis sedangkan dia masih menjalin hubungan dengan gadis lain.

"Kau harus segera memberitahunya sebelum dia tahu dari orang lain, Hyung." Chanwoo kemudian menepuk pundak Jiwon.

----------





Hanbin berjalan menyusuri taman sambil menggandeng tangan Sungjae. Hari ini ibu Hanbin sedang sibuk di toko miliknya. Setelah itu wanita paruh baya tersebut harus mengurus persiapan acara nanti malam. Sementara tidak mungkin Sungjae ditinggal sendiri di rumah. Akhirnya Hanbinlah yang diminta untuk menjaganya sementara waktu. Sedangkan Lisa, gadis itu tentu juga disibukkan dengan persiapan nanti malam bersama ibunya.

"Bersikaplah baik dan jangan merusak acara kencan hyung, mengerti?!" gerutu Hanbin pada Sungjae. Anak kecil itu mendongakkan kepala karena merasa kakaknya baru saja mengatakan sesuatu.

"Hyung mengatakan sesuatu?" tanya Sungjae dengan polosnya.

"Tidak... aku tidak mengatakan apapun." Hanbin berlagak sok polos bahkan dihadapan adiknya sendiri. Sebenarnya perasaannya sudah tidak enak mengajak anak itu ikut dengannya sekarang. Karena Hanbin tahu, gadis yang akan ia temui pasti lebih fokus pada Sungjae daripada dengan dirinya.

✔ STAYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang