024

258 49 6
                                    


Hanbin meletakkan tablet di tangannya dan menghela nafas panjang. Jennie yang masih berdiri dihadapannya sekarang tampak mengkhawatirkan pria itu. Satu-satunya pintu harapan mereka untuk menyelamatkan perusahaan baru saja tertutup. Penerbitan majalah perusahaan bulan ini tak mampu menduduki posisi pertama. Sedangkan, sampai sekarang juga belum ada perusahaan yang menerima tawaran kerjasama yang Hanbin berikan.

"Hari ini kita ada rapat bersama dewan direksi dan para pemegang saham, Sajangnim." ucap Jennie ragu. Hanbin tak memberi respon banyak, karena ia tahu rapat hari ini akan tetap dilakukan. Dan ia harus siap dengan apapun keputusan yang akan keluar dalam rapat nanti.

"Siapkan semuanya." ucap Hanbin seraya beranjak dari kursinya. Jennie masih setia memperhatikan pergerakan pria itu.

"Aku mau keluar sebentar. Telpon aku jika semuanya sudah siap." Hanbin melangkah keluar ruangan. Jennie hanya bisa melihat pria itu pergi tanpa bisa mengatakan apapun untuk menghiburnya.




Di tempat lain, hal yang tak jauh berbeda juga terjadi. Suasana di ruang kerja tim redaksi hari ini mendadak terasa hening. Orang-orang hanya duduk di meja kerjanya sambil termenung. Mereka masih sibuk dengan pikiran masing-masing.

Usaha mereka sebulan ini ternyata belum cukup untuk menempatkan majalah perusahaan di posisi pertama penerbitan bulan ini. Meskipun mereka sudah mempersiapkan kemungkinan terburuk untuk hari ini, tapi tetap saja.

Donghyuk juga masih termenung di ruang kerjanya. Sebelumnya ia telah mengumpulkan semua tim redaksi dan mengatakan banyak hal, tentang kemungkinan yang mungkin terjadi setelah hari ini. Mereka semua telah berusaha dengan keras. Sekarang perusahaan benar-benar sudah berada diujung tanduk. Semua orang di perusahaan hanya bisa berharap pada rapat dewan direksi siang ini. Karena keputusan terakhir berada ditangan mereka.

"Eonnie, apa kau melihat Jisoo?" tanya Rose pada Sandara yang tampak masih kecewa dan sedih dengan apa yang terjadi hari ini. Wanita itu menoleh dan memandang Rose datar. Ia mengalihkan pandangannya ke meja kerja Jisoo... ternyata kosong. Padahal tadi Jisoo masih ada disana saat Donghyuk mengumpulkan semua orang.

Sandara kembali menatap Rose kemudian menggelengkan kepala, masih dengan wajah datar.

"Mungkin dia sedang ke kamar mandi... atau mencari udara segar." jawab Sandara acak. Rose hanya tersenyum sambil mamandang wanita itu simpati. Sandara adalah orang yang tampak paling kecewa hari ini. Bagaimana tidak, ia sudah bekerja sangat lama disini. Dia juga sangat mencintai pekerjaannya di bidang fashion.

Rose hanya khawatir Sandara akan menyalahkan dirinya sendiri sama seperti Donghyuk. Sebagai senior, pasti mereka merasa memiliki tanggung jawab lebih di tim.

"Eonnie mau keluar minum denganku?" ajak Rose pada wanita itu. Sandara mendongakkan wajahnya dan mengerutkan keningnya heran. Tidak biasanya gadis itu mengajaknya minum bersama seperti ini. Tapi, sebenarnya apa salahnya. Toh ia juga butuh tempat untuk mengirup udara segar di luar ruang kerja.

"Hmm... boleh." Rose langsung tersenyum puas mendengar jawaban Sandara. Sesaat kemudian ia lupa dengan tujuan awalnya untuk mencari Jisoo.

----------


Hanbin membuka pintu rooftop dan melangkah sambil menundukkan kepala.

"Hanbin-ah..." Tiba-tiba sebuah suara yang sangat familiar membuatnya mengangkat wajah. Hanbin tak bisa lagi menyembunyikan perasaannya. Ia merasa sangat lelah dan tak tahu lagi harus berbuat apa. Ia ingin meluapkan beban pikirannya pada orang itu sekarang juga.

✔ STAYWhere stories live. Discover now