015

256 45 3
                                    


Mian mian jikyeojuji mothae mianhae jal salgibarae (APOLOGY, 2015)



Udara sore di pinggir Danau Seokchon mulai terasa dingin. Begitu pula yang dirasakan oleh sepasang manusia yang kini sedang duduk diam di salah satu bangku taman sambil menikmati pemandangan danau dihadapan mereka. Keduanya sudah duduk disana sejak lima belas menit yang lalu, namun belum ada satupun suara yang keluar dari mulut masing-masing.

"Oppa mau terus diam seperti ini?" Gadis itu memulai pembicaraan dengan nada dingin.

"Kalau begitu aku pulang saja. Tidak ada gunanya aku terus disini." Ia mulai berdiri hendak beranjak pergi, namun dengan cepat si pria menahan pergelangan tangannya. Gadis tadi berbalik dan memandang pria yang sekarang sedang memasang wajah sendu padanya.

"Jisoo... duduklah." Suaranya terdengar lembut. Sangat kontras dengan nada yang ditunjukkan gadis tadi. Jisoo membuang nafas kemudian kembali duduk disamping pria tadi. Pandangannya lurus kedepan ke arah danau.

"Lisa... aku sudah mengenalnya jauh sebelum aku mengenalmu..." Jiwon menggantungkan kalimatnya. Sementara Jisoo kini menoleh dan menatap pria itu dengan ekspresi yang sudah Jiwon bayangkan sebelumnya.

"Aku... aku sudah menjalin hubungan dengannya selama empat tahun." Kalimat itu berhasil membuat Jisoo terpaku. Sekarang ia merasa lehernya seperti tercekit hanya dengan satu kalimat yang terlontar dari bibir pria itu.

Jisoo membuang mukanya, tangannya kini meremas ujung mantelnya dengan erat. Rahangnya mengeras. Ada sesuatu dalam dirinya yang tiba-tiba saja ingin meletup keluar, namun mati-matian ia tahan. Jisoo masih berusaha mencerna ucapan pria itu baik-baik.

"Dua minggu yang lalu, kedua orang tua Lisa menemuiku untuk membahas tentang pertunangan kami. Setelah pertemuan itu... orang tuanya meninggal karena kecelakaan pesawat dalam perjalanan pulang ke Thailand—" Jiwon kembali menggantungkan kalimatnya saat menyadari gadis disampingnya kini hanya menatap lurus kedepan dengan tatapan kosong.

Jisoo sudah tahu tentang kecelakaan yang menimpa kedua orang tua Lisa. Tapi, yang ia pikirkan sekarang hanyalah...

Jiwon sudah menjalin hubungan dengan Lisa selama empat tahun... empat tahun?

Bahkan Jisoo baru mengenal pria itu dua tahun yang lalu.

"Oppa sudah berhubungan dengan Lisa selama empat tahun? Itu berarti akulah orang ketiga dalam hubungan kalian. Itu maksud Oppa?" Jisoo memberanikan diri untuk menatap wajah Jiwon yang masih terlihat sendu. Sementara mata Jisoo sudah memerah karena menahan amarah dan air matanya agar tidak tumpah lagi.

"Bukan... bu—"

"Lalu apa?? Itulah kenyataannya. Aku orang ketiga diantara kalian. Lalu kenapa...?" Jisoo berusaha keras menahan cairan bening itu agar tak meluap keluar dari kelopak matanya, namun sia-sia. Satu persatu air mata mulai mengalir menuruni pipi halusnya.

"Jis—"

"Kenapa dua tahun lalu Oppa datang dan masuk ke dalam hidupku? KENAPA?!" Jisoo tidak membiarkan Jiwon memotong perkataannya barang sebentar. Gadis itu benar-benar tidak bisa menahan emosinya lebih lama lagi. Jisoo ingin Jiwon tahu apa yang ada dipikirannya saat ini. Ia ingin melampiaskan amarah dan kekecewaannya pada pria itu.

"Jisoo-ya... tenangkan dirimu."

"Oppa mau aku tenang? Setelah semua yang Oppa lakukan... dan sekarang kau masih memintaku untuk tenang. Apa Oppa bisa setenang itu jika berada diposisiku?!" Jisoo mengeratkan remasan pada ujung mantelnya.

✔ STAYWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu