046

251 45 12
                                    

Jangan lupa klik BINTANG-nya...

HAPPY READING ^^



Lisa menyesap cappucino ditangannya sambil menikmati suasana didalam kafe. Jiwon diam-diam tersenyum lega melihat gadis itu dalam keadaan baik-baik saja saat ini. Ia pikir hubungan mereka akan memburuk setelah kejadian di Thailand waktu itu. Namun pikirannya ternyata salah. Gadis itu sama sekali tidak memperlihatkan kebencian dimatanya.

"Jadi apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Lisa seraya meletakkan gelas minumannya diatas meja. Pandangannya kini fokus pada pria dihadapannya. Jiwon masih mengukir senyum sebelum menjawab pertanyaan tersebut.

"Terimakasih, Lisa. Kupikir kau akan menghindar dariku setelah apa yang terjadi pada hubungan kita. Tapi aku salah besar, kau lebih dewasa dari yang kupikirkan selama ini." ucap Jiwon tulus.

"Tidak ada gunanya aku terus marah padamu, Oppa. Toh hubungan kita juga tidak akan bisa kembali seperti dulu. Aku hanya berusaha menerima keadaanku yang sekarang." jelas Lisa yang tampak jauh lebih tegar dari terakhir kali Jiwon melihatnya.

"Aku tahu, kata maaf tidak akan cukup untuk mengganti semua kekecewaanmu padaku. Tapi... terimakasih karena kau masih mau mengobrol denganku seperti ini." Lisa hanya tersenyum simpul mendengar penuturan Jiwon. Jari telunjuknya sibuk bermain pada bibir gelas miliknya.

"Oh ya, ngomong-ngomong bagaimana kabar Jisoo?" Pertanyaan Lisa seketika membuat Jiwon menaikkan alis. Ia terlihat ragu menjelaskan kondisi gadis itu saat ini. Namun ia pikir Lisa mungkin sebaiknya tahu tentang keadaan Jisoo.

"Sebenarnya ada beberapa hal yang ingin aku luruskan padamu. Tentang Jisoo..." Jiwon menggantungkan kalimatnya seraya melihat respon gadis dihadapannya. Lisa tampak menunggu kelanjutan ucapan pria itu.

"Hubungan kami benar-benar sudah berakhir setelah pertunangan kita waktu itu. Ya, jujur aku masih memiliki perasaan padanya. Tapi... tidak dengan Jisoo. Semakin kesini aku semakin sadar bahwa hati Jisoo bukan lagi untukku. Ada pria lain yang berhasil menggantikan posisiku dihatinya dan aku yakin kau tahu siapa orang itu."

"Maksudmu... Hanbin?" Jiwon tersenyum seolah membenarkan tebakan Lisa.

"Hn... aku yakin Jisoo mencintai Hanbin. Begitu juga sebaliknya. Tapi ada satu hal yang membuatku ragu sekarang. Jisoo tampak menghindar dari Hanbin belakangan ini. Dan aku merasa ini ada hubungan dengan ayahku. Aku belum tahu pasti, tapi entah mengapa aku sangat yakin dengan hal ini."

"Apa maksudmu? Memangnya ada hubungan apa diantara mereka?" tanya Lisa tak mengerti.

"Bukan mereka... tapi aku dan Jisoo. Sejak awal ayah tidak pernah menyetujui hubungan kami. Bukan hanya karena hubungan kita saat itu, tapi ayah merasa Jisoo adalah gadis yang tidak pantas dengan keluarga kami. Dan keberadaan Jisoo hanya akan menghalangi hubungan dan kerjasama antara perusahaan kita."

"Kerjasama perusahaan?" Lisa mengangkat sebelah alisnya mencoba menerka maksud ucapan Jiwon. Pria itu tampak menghela nafas pelan.

"Ayah sangat senang saat aku membicarakan tentang hubungan kita dulu. Awalnya kupikir itu reaksi murni seorang ayah yang melihat putranya menjalin hubungan dengan seorang gadis. Tapi ternyata ada hal lain...

Selain menjalin hubungan keluarga, dia juga bermaksud membangun kerjasama untuk mengembangkan perusahaan kita. Karena itulah ia berusaha menjauhkan Jisoo dariku. Apalagi saat mendengar pertunangan kita berakhir. Itu membuat ayah semakin berani mencampuri urusan Jisoo. Aku mendengar jika ayah membeli rumah yang selama ini Jisoo tempati.

✔ STAYDove le storie prendono vita. Scoprilo ora