018

242 48 3
                                    


Suasana kamar tidur itu terasa sangat sunyi. Lampu kamar tersebut dalam kondisi mati, karena si pemiliknya juga sudah tenggelam dalam mimpi sejak beberapa jam yang lalu. Jarum jam di samping ranjang tidur itu menunjukkan pukul 2 dini hari, masih terlalu dini untuk terbangun dari alam mimpi.

Sementara, seorang pria tampak gelisah dalam tidurnya. Ya, dia adalah si pemilik kamar tadi. Pria itu menggeleng-gelengkan kepala dengan mata yang masih terpejam. Keringat dingin tampak membasahi keningnya. Bibirnya terlihat pucat seperti orang ketakutan. Kelopak matanya terpejam semakin rapat.

Hanbin, pria yang sekarang terlihat sangat gelisah itu masih terus bergerak tak nyaman di atas ranjang tidurnya. Ia berusaha membangunkan dirinya sendiri, namun belum berhasil. Hingga setelah beberapa menit berlalu, pria itu akhirnya terbebas dari mimpi buruknya.

Hanbin membuka matanya dengan nafas tersengal-sengal. Dia seperti orang yang baru saja selesai lomba lari marathon. Dahinya sudah basah karena keringat, deru nafasnya masih memburu untuk beberapa saat.

Setelah nafasnya kembali stabil, pria itu beranjak untuk duduk. Ia menarik nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. Hanbin melakukan hal itu beberapa kali, hingga perasaannya mulai kembali tenang. Entah apa yang sebenarnya muncul dalam mimpi tadi. Yang jelas mimpi itu membuat dirinya merasa gusar dan sangat tidak nyaman.





Hari ini libur akhir pekan. Hanbin memilih untuk pergi ke suatu tempat yang sudah cukup lama tidak ia kunjungi. Sejak terbangun dari mimpinya semalam, ia tak bisa memejamkan matanya lagi hingga pagi. Hal itu membuat sebuah lingkaran hitam di sekitar matanya.

Pria itu merapikan penampilannya di depan cermin besar di dalam kamarnya. Ia memakai kemeja putih dengan sweeter cokelat muda, mengingat hari ini cuaca cukup dingin karena berada diakhir musim gugur dan mendekati musim dingin.

Hanbin merapikan rambutnya menggunakan jari tangan. Setelah selesai dengan penampilannya, pria itu mengambil dompet dan kunci mobil yang tergeletak di atas meja di samping kaca. Sebelum keluar kamar, tangan Hanbin meraih sebuah bingkai foto yang tergeletak dengan posisi terbalik.

Pria itu mengambil benda tersebut dan melihat foto dirinya dan dua sahabatnya yang masih memakai seragam SMA terpajang disana. Ia tersenyum tipis. Ada sesuatu yang tak biasa pada hatinya, saat ia melihat foto itu. Hanbin menghela nafas sejenak, kemudian meletakkan kembali bingkai foto tadi dengan posisi sama seperti sebelumnya.

Hanbin akhirnya melangkahkan kakinya keluar kamar.

----------



Jisoo duduk sendirian di salah satu kafe bernuansa garden yang terletak di tengah Kota Seoul. Ia menempelkan telapak tangannya pada gelas keramik berisi cokelat panas di atas meja. Udara hari ini memang lebih dingin dibanding kemarin. Sesekali gadis itu tampak menyalakan ponselnya, menunggu balasan pesan dari seseorang.

"Kenapa dia lama sekali?" gumam Jisoo yang kemudian mengangkat gelas miliknya dan menyeruput cokelat hangat didalamnya. Rasa manis dan suhu panas dari minuman itu memang cocok untuk cuaca seperti sekarang.

Jisoo mengedarkan pandangannya sambil mengecek apakah orang yang ia tunggu sudah sampai di tempat tersebut atau belum. Matanya berputar malas setelah menyadari orang itu belum ada disana. Namun, sesaat kemudian pandangannya berhenti. Ia memperhatikan sepasang manusia yang baru saja memasuki kafe dengan bergandengan tangan.

✔ STAYWhere stories live. Discover now