035

226 44 10
                                    


Seorang gadis masih setia duduk disamping ranjang sambil memandangi wajah tunangannya. Di atas ranjang tersebut terbaring seorang pria yang masih tak sadarkan diri. Beberapa peralatan rumah sakit juga masih terpasang untuk membantunya bertahan melewati masa koma.

Ruang perawatan itu terasa begitu sunyi. Hanya suara peralatan rumah sakit saja yang menemani kesendirian gadis tadi. Sudah beberapa hari ini ia terus bolak-balik rumah sakit demi melihat kondisi tunangannya. Ia selalu datang dengan harapan pria itu akan segera membuka matanya di pagi hari. Namun, sayang... harapan itu sepertinya belum memberikan tanda-tanda kehidupan.

"Oppa... apa kau tidak lelah terus tidur disini? Cepat bangun... kau bahkan belum mencoba tuxedo milikmu. Setidaknya buka matamu... biarkan aku melihatmu bangun, Oppa..." ucap Lisa dengan air mata yang sudah menggenang di pelupuk matanya.

Lusa harusnya menjadi moment paling berharga dalam kehidupan mereka. Bahkan semua persiapan telah selesai dilakukan. Dan seharusnya hari ini mereka berangkat ke pulau Jeju. Tapi, sekali lagi rencana tinggallah rencana. Semua persiapan mewah itu tidak akan ada artinya tanpa kehadiran Jiwon, mempelai pria.

Kedua orang tua Jiwon dan keluarga Hanbin sepakat untuk menunda pernikahan hingga kondisi Jiwon benar-benar pulih sepenuhnya. Sekarang tidak ada yang lebih penting dibandingkan kesembuhan Jiwon.

Lisa menggenggam tangan Jiwon erat. Satu lagi tangannya dipakai untuk mengusap wajah pucat itu. Hatinya tak berhenti berdoa agar pria itu segera bangun dari komanya. Tak masalah baginya jika acara pernikahan itu harus ditunda. Yang ia inginkan sekarang hanyalah kesembuhan tunangannya.

----------


"Kau yakin mau pulang sekarang?" tanya Seulgi seraya duduk di hadapan Jisoo. Saat ini mereka sedang berada di rumah Seulgi.

Sejak kecelakaan yang terjadi pada Jiwon beberapa hari yang lalu, Jisoo memilih untuk menghilang sejenak dari peradaban. Ia menginap di rumah sahabatnya untuk menenangkan pikiran. Jisoo juga mengambil cuti selama beberapa hari karena saat ini dirinya benar-benar tidak bisa fokus mengerjakan apapun.

"Aku harus pulang dan kembali bekerja." jawab Jisoo sambil mengaduk-aduk teh hangat miliknya. Seulgi hanya mengangguk paham. Jisoo sudah menceritakan semua kejadian yang terjadi pada Jiwon. Meskipun ia masih kesal dengan pria itu, tapi dilain sisi ia juga merasa simpati dengan kecelakaan yang menimpa bosnya tersebut.


DRRRTTT


Ponsel Jisoo tiba-tiba bergetar. Sebuah nama yang sangat familiar sudah terpampang di layar. Bahkan Seulgi langsung tahu setelah melihat sekilas nama itu. Ia hanya tersenyum saat memandangi Jisoo yang kini sedang menjawab panggilan tersebut sambil berjalan menjauh darinya.

"Halo, Hanbin-ah."

"Akhirnya kau menjawab telponku... YA, KIM JISOO... Kemana saja kau? Kenapa tiba-tiba menghilang dan tidak memberi kabar? Aku mencarimu kemana-mana..." Suara Hanbin seketika terngiang di telinga Jisoo. Gadis itu sedikit menjauhkan ponsel tersebut dari telingannya.

Jisoo tidak bisa menyalahkan Hanbin karena kekhawatirannya. Semua ini memang murni keinginan dirinya untuk menepi sebentar dari kesibukan sehari-hari. Ia bahkan melewatkan dua kali jadwal pengobatannya. Seharusnya dalam minggu ini ia menjalani dua kali cuci darah, tapi ia justru mengabaikannya begitu saja.

Bagaimana mungkin hal itu tidak membuat Hanbin khawatir. Jisoo sering sekali melakukan hal yang membuat orang di sekitarnya khawatir. Apalagi ia terlalu sering memikirkan banyak hal dan malah mengabaikan kesehatannya sendiri.

✔ STAYWhere stories live. Discover now