8: Tes

701 82 0
                                    

"Ada yang ingin bertanya?" tanya guruku di depan kelas.

"Ga Bu, sudah jelas semuanya," ucapku. Seisi kelas langsung menatapku, termasuk guru yang mengajar. Beliau menggelengkan kepalanya kemudian berjalan ke mejanya dan membereskan buku-bukunya ketika bel berbunyi menandakan saatnya jam istirahat.

Aku sudah membereskan buku dan alat tulisku sejak lima menit yang lalu. Jadi aku langsung mengambil ponsel dari saku kemudian membuka aplikasi instagram.

Namun aku terkejut dengan kehadiran seseorang di depanku. Aku membuang rasa gugupku dan bertanya ada apa.

"Katanya semalem mau tes kepribadian," ucapnya membuatku mengingat pecakapan semalam kemudian aku mengangguk mengiyakan.

Aku berpikir sebentar sampai akhirnya kuputuskan berdiri dan mengajaknya duduk di bangku paling belakang dekat tembok. Lebih tepatnya hanya dia yang duduk di bangku, sedangkan aku duduk di lantai yang dingin.

"Kenapa di bawah? Sini ayo duduk di sebelah aku!" suruhnya.

"Di sini lebih enak, dingin."

Akhirnya ia hanya mengangguk saja. "Nih buat kamu," ucapnya sambil menyerahkan satu botol cokelat dingin ke arahku. Aku sudah melihat itu sejak dia masuk, tapi aku tak memikirkan cokelat dingin itu sama sekali.

Aku menolaknya dengan alibi aku sedang tidak haus. Padahal aku merasa tidak enak saja, dan lagipun aku lebih menyukai cokelat panas. Akhirnya dia mengangguk paham dan membuka botol itu lalu meneguknya.

Aku melihatnya dari bawah sini, aku merasa gugup. Bagaimana bisa orang yang telah aku klaim sebagai orang songong dan menjijikan bisa menjadi alasan aku gugup sekarang ini. Aku mencoba melawan gugupku dengan menatap hal lain di kelasku, aku sempat melihat tatapan dari beberapa teman laki-laki sekelasku. Aku tau cara mereka memandang mengisyaratkan seolah mereka tak suka dengan kehadiran Alfa.

Jadi aku langsung mengulurkan tanganku seolah meminta sesuatu, sepertinya dia paham. Dia mengeluarkan ponselnya dan sedikit mengutak-atik ponselnya sebentar lalu memberikannya padaku. Aku meraihnya dan melihat sudah banyak pertanyaan yang tertera di layar.

"Isi yang bener, sesuai dengan kenyataan," ucapnya lalu aku mengangguk.

Aku sekarang sibuk menjawab pertanyaan yang sangat banyak, ada 100 pertanyaan. Sesekali aku meliriknya yang sedang meneguk cokelat dinginnya dengan gaya songong yang tak pernah lepas.

"Songongnya ga ilang ck," batinku.

Aku sudah selesai dengan semua pertanyaannya dan aku mengecek hasilnya. Lalu aku menyerahkan ponselnya pada Alfa. Ia membacakan hasilnya dan menjelaskan hasilnya. Yang kulakukan adalah mengangguk dan mencermati setiap maksud dari yang dia ucapkan.

Setelah selesai, aku kembali canggung. Aku tidak tau harus membahas apa sekarang dengannya, dia juga terdiam sebentar sambil melihat seisi kelas.

"Kamu duduk dimana?" tanyanya.

"Tuh di situ," aku menjawab sambil menunjuk sebuah bangku dengan jari telunjukku.

Dia mengangguk dan tiba-tiba saja Dini melihatku dan menghampiriku. Dini menatap kami dengan pandangan seolah menyelidik, lalu aku mengangkat kepalaku seolah menanyakan maksudnya menatap kami seperti itu.

"Jangan lo sakitin nih temen gue," ujar Dini memperingatkan pada Alfa. Aku sendiri tidak paham mengapa Dini mengucapkan itu pada Alfa.

Kemudian Dini pergi menjauh dan kembali tertawa. Anak itu benar-benar membuatku bingung, lalu aku menatap Alfa yang juga menatapku.

Teettttt teettttt

Bel telah berbunyi membuyarkan pikiran kami masing-masing. "Udah bel, balik sono"

"Iyaiya, aku balik ya," ucapnya kemudian berdiri dan pergi meninggalkan kelas.

Aku masih terdiam di posisi dudukku di lantai. Sampai akhirnya Discha, Moza, Yasa dan Rafan menghampiriku.

"Berduaan nih yee, kayanya bentar lagi ada yang ga menjomblo lagi nih," ucap Discha.

"Abis ngapain lo tadi? Serius amat gue liatin dari tadi," kali ini Moza yang berbicara.

"Cieeee," ucap Rafan.

"Enak banget dia ngeletakin tangannya di atas tas gue. Songong banget gila," ucap Yasa membuatku tertawa.

Jangan lupa vote!

Pencet bintang disini
👇

Kamu dan Bandungحيث تعيش القصص. اكتشف الآن