50 : Kecewa?

283 28 0
                                    

Hari ini pelajaran telah selesai seperti biasanya. Seperti biasa juga aku dan teman-temanku tak langsung pulang. Kami hanya duduk-duduk di dalam kelas. Oh iya kemarin aku bilang kalau di sekolahku ada jadwal doa kan? Entahlah, sekarang kegiatan itu tak berlaku pada kami. Bukannya kami melewatkan doa, tapi rata-rata siswa yang mengikuti jam doa adalah kelas 10 dan kelas 11, masih ada beberapa kelas 12 sih, tapi kami justru merasa lebih canggung. Jadi, kami memutuskan untuk berdoa di rumah kami masing-masing saja.

Lagi-lagi ada sebuah kepala menyembul di ambang pintu kelasku. Siapa lagi kalau bukan kepala milik Alfa. Dia memang pasti akan mengintip terlebih dahulu sebelum masuk, atau terkadang dia suka tiba-tiba mengejutkan dari jendela, kebetulan kursiku berada dekat dengan jendela.

"Pulang sama siapa?" tanyanya setelah sampai di depanku.

"Sama Moza, masih harus ngelanjut tugas kemarin," jawabku. Dia mengangguk dan berjalan lebih dekat. Dia memasang wajah yang sulit kutebak.

"Aku ngerokok ya," katanya pelan hampir berbisik.

"Hah?!"

"Ish.. gausah berisik juga kali," katanya.

Aku dengan sigap langsung menggeleng tegas. Kini aku melotot padanya.

"Sebatang aja ya, ya, ya," katanya lagi.

"Engga! Gimana sih, katanya mau berhenti," kataku.

"Iya emang mau berhenti, tapi kan ini sekali-sekali doang," katanya.

"Engga, Alfa." Aku berucap pelan dengan melembutkan nada bicaraku.

"Yah.. yaudah kalo kaya gitu aku nongki di parkiran dulu deh," katanya dengan pasrah.

"Yaudah, jangan kelamaan di tempat itu," kataku. Alfa mengangguk dan mengacak rambutku lagi.

***

Kini aku bersama Moza sedang berjalan menuju gerbang sekolah. Seperti yang aku bilang tadi, aku dan Moza mau mengerjakan tugas kemarin di rumahku.

"Gue telpon Wak Udin aja ya, ga ada becak tuh, udah kosong," ucap Moza dan aku mengangguk. Wak Udin adalah becak langganan kami. Tak setiap hari naik becak beliau, terkadang kami juga naik dengan becak yang mangkal di depan sekolah jika tak ada Wak Udin.

"Wak Udin on the way," lanjut Moza setelah tadi sibuk berbicara dengan orang yang sudah dipastikan adalah Wak Udin melalui ponselnya.

Tak butuh waktu sampai 5 menit, Wak Udin sudah sampai. Rumah beliau berada kurang 200m dari sekolah. Ternyata Wak Udin sedang tidak narik dan sedang berada di rumah, tapi untungnya Wak Udin tetap mau mengantar kami.

Aku masuk lebih dulu ke dalam becak kemudian Moza. Baru saja becak kami berjalan beberapa meter aku melihat Alfa di parkiran sedang merokok.

Aku jelaskan lagi. Parkiran itu letaknya di luar sekolah dan berada tepat di sebelah sekolah. Bukan hanya siswa sekolahku saja yang sering nongkrong di parkiran itu, banyak anak-anak muda lainnya.

"Wak, stop!" ucapku membuat Wak Udin dengan cepat menghentikan laju becak. Moza juga sama terkejutnya dengan Wak Udin.

"Majuan dikit, Wak. Jangan sampai kelihatan sama orang-orang di dalem parkiran," kataku dan langsung dilakukan oleh Wak Udin.

"Kenapa, sih?! Ngagetin tau ga," kata Moza.

"Coba lo liat ke parkiran, Alfa ngerokok ga," kataku. Moza duduknya di pinggir, pasti dia akan lebih jelas melihat ke dalam sana.

Moza sedikit mengangkat kepalanya untuk mengintip. Kemudian dia kembali ke posisi normal dan menoleh padaku sambil mengangguk.

"Iya, ngerokok dia," ucap Moza.

Kamu dan BandungWhere stories live. Discover now