39 : "My birthday is my bad day?"

322 30 0
                                    

Pagi ini aku berangkat ke sekolah bersama temanku. Aku memintanya untuk menjemputku di rumah. Pagi ini aku berangkat lima belas menit lebih awal karena aku sedang sangat malas berlama-lama di rumah.

Hari ini bibi juga akan pergi ke luar kota. Jadi setelah aku sampai rumah nanti sore aku tak akan melihat bibi lagi. Aku bosan mendengar ocehan dari bibi yang sedari bangun pagi selalu saja memarahiku.

"My birthday is my bad day," gumamku saat baru saja keluar dari pintu rumah.

Aku berjalan menuju gerbang rumah, di depan sudah ada temanku yang menunggu. Tadi aku juga berpamitan pada bibi. Walaupun aku sedang malas dengannya, tapi aku tak mungkin tak pamit dengannya. Betapa durhakanya aku jika aku melakukan itu. Bisa-bisa aku dikutuk menjadi kerikil.

"Eh lo hari ini ulang tahun kan?" tanya Tari

Oh semesta, mengapa aku harus dipertanyakan dengan pertanyaan ini?

Aku mengangguk pelan. "Kalo gitu selamat ulang tahun buat lo yak, yang terbaik aja dah buat lo," ucapnya lagi.

"Makasi Tar," balasku. Aku tersenyum tipis dan langsung naik ke atas motor. "Yuk ah berangkat, gue lagi ga mood banget disini," lanjutku dan segera diangguki olehnya.

Tari menyalakan motor dan langsung menancap gas.

***

Aku baru saja mendaratkan bokongku di bangku. Aku mengatur napasku yang masih ngos-ngosan. Bagaimana engga, tadi aku harus menjalankan hukuman karena telat.

Untungnya hanya disuruh squat jump sebanyak 15 kali. Coba kalau disuruh untuk membersihkan toilet, mungkin aku tak akan secepat ini sampai di kelas. Karena itu pasti akan sangat lama. Apalagi dinding toilet perempuan itu sangat kotor, penuh dengan coretan-coretan yang isinya curhatan anak-anak alay.

"Sehhh.. cape nih ye di hari ulang tahun sendiri," ejek Discha yang duduk di depanku. Aku memandang datar Discha dan Discha membalasnya dengan cengiran.

"Woy hbd dah yak. Gue males kasih kata-kata romantis, jijik gue. Sebenernya ga bisa juga sih gue gitu," ucap Moza sambil tertawa.

"Eh hbd yak, makan-makan yee," ucap Yasa yang langsung menjabat tanganku dengan paksa.

"Hbd yak Jen, ditunggu makan-makannya," timpal Rafan.

Memang mereka ini, aku hanya bisa mengelus dada menghadapai teman-teman laknat seperti ini. Urusan makan-makan nomor satu tapi tak ada satu pun yang memberi kado.

"Entar makan-makan di rumah masing-masing aja," ucapku membuat mereka melongo.

"Pelit banget sih lo," ucap Yasa

"Makan-makan ulang tahun lo aja kaga pernah terealisasikan sampe sekarang," cibirku membuatnya menyengir.

"Yaelah yang udah berlalu biarlah berlalu," ucapnya sambil tertawa. Rafan juga ikut tertawa, entah untuk apa. Sampai akhirnya mereka berhenti tertawa setelah guru kimia kami masuk.

Aku menghela napas. Padahal rencananya aku ingin ke kantin membeli minuman. Karena menurutku hukuman yang diberikan tadi cukup membuat napas ngos-ngosan. Tapi si guru membosankan itu sudah masuk.

***

Pelajaran hari ini berjalan seperti biasa, membosankan. Setelah pelajaran kimia tadi, dilanjutkan dengan pelajaran PKN. Undang-Undang Dasar, pasal-pasal, dan HAM benar-benar memenuhi otakku. Alhasil ingatanku dengan pelajaran kimia tadi menjadi berkurang. Jadi jangan salahkan otakku yang kalian anggap bodoh, tapi pelajaran-pelajaran itu yang memaksa masuk ke dalam otakku tanpa aturan.

Dan sekarang ini, aku sedang belajar Matematika. Ini adalah pelajaran terakhir di jam terakhir pada hari ini. Tau kan seperti apa mumet nya kepala di jam-jam terakhir seperti ini?

Belum lagi perutku sibuk meminta makan. Ya walaupun aku sebenarnya sudah makan di jam istirahat tadi, tapi tetap saja perutku butuh asupan setiap saat. Memang beginilah aku.

Sembilan puluh menit terasa menjadi sangat lama sekali di pelajaran Matematika. Seperti sekarang, aku merasa sudah sejak lima jam yang lalu aku belajar Matematika namun pelajaran tetap belum selesai.

"Kalo bu guru jalan kesini, bangunin gue yak," pintaku pada Moza.

"Hmm," balasnya singkat.

Namun baru saja ingin menenggelamkan wajahku di meja, getar dari ponselku mengganggu.

Ah, siapa sih yang berani dan lantang mengganggu waktu tidurku. Aku meraih ponsel yang kuletakan di saku dan membuka pesan yang masuk.

Alfa : nanti jgn pulang dlu yaa

Alfa : tunggu di kls

Pftt..

Kamu dan BandungWhere stories live. Discover now