38 : Selalu salah

302 32 0
                                    

"Bagaimana sekolahmu?"

"Kaya biasa bi," jawabku pada Bibi.

Sekarang aku tengah berada di kamar bibiku. Aku sedang memijatnya sesuai permintaannya tadi. Ralat, perintah.

Tak ada lagi pertanyaan setelah aku menjawab tadi. Kami sama-sama diam dengan pikiran masing-masing. Sekarang posisinya bibi sedang tengkurap di kasur, dan aku duduk di sampingnya. Beliau memintaku untuk memijat punggungnya.

Aku melakukannya dengan benar, kurasa. Tangan kananku sedikit tidak bertenaga alhasil aku memijatnya sangat pelan. Ini pasti karena aku telah salah tidur semalam. Oh tidak, aku tidak menyalahkan tidur. Sama sekali tidak. Posisi tidurku lah yang salah, badanku miring ke arah kanan dan akibatnya tangan kananku menjadi kebas.

"Pelan banget sih," ucapnya dengan sedikit nada yang terdengar sarkastik. Aku hanya bisa menghela dan berusaha untuk menambah sedikit tenaga lagi.

Tiga menit berselang, beliau menggoyangkan tubuhnya sendiri. Aku tau, ini adalah kode untukku untuk lebih kuat lagi memijitnya. Namun memang tak bisa, jika kupaksa mungkin tanganku akan lebih parah.

Aku malas untuk memberitahunya bahwa tanganku sedang sakit. Lagi pula jika sudah memberitahunya beliau tak akan menyuruhku berhenti memijit. Jadi, kubiarkan saja.

"Ck.."

Bibi berdecak dari posisinya. Aku diam dan menatap punggungnya dari sini. Aku merasa benar-benar lelah sekarang ini. Tapi yang kulakukan selanjutnya malah menghela napas lagi dan lanjut memijitnya dengan lebih keras. Dan benar, tanganku nyeri. Aku meringis tanpa suara dan mengganti tangan untuk memijit, walau pun sulit.

"Ck, kamu ini bisa ga sih becus?! Bibi cuma minta pijit doang, ga bisa?! Besok bibi udah pergi, dan besok kamu juga udah bisa santai-santai!" ucapnya membuatku sedikit tersentak.

Aku benar-benar lelah. Ingin aku bilang dan mengakui bahwa aku lelah tapi tak bisa. Padahal aku merasa sudah melakukannya dengan baik dan sebisaku. Namun tetap saja, yang aku lakukan selalu tak berarti apa-apa. Ini bukan pertama kalinya.

"Ah sudahlah! Mending aku tidur," ucapnya seraya bangkit dari posisi tengkurapnya tadi. Beliau turun dari kasur dan keluar dari kamar. Beliau pasti pergi ke kamar mandi untuk buang air kecil, aku tau hal ini karena beliau selalu melakukan ini dari dulu.

Aku memutuskan untuk ikut keluar dari kamar dan langsung menuju kamarku. Aku mendaratkan bokongku dengan kasar. Menatap kosong ke arah jendela yang masih terbuka lebar, memperlihatkan pemandangan malam yang sangat indah.

Bintang-bintang itu menyebar di langit. Dan ada sepasang bintang yang sangat berdekatan. Bintang itu terlihat lebih bersinar dari bintang yang lain. Apa mungkin karena pasangan yang berada di sampingnya?

Aku belum menemukan pasanganku dalam hal apa pun. Sekarang, aku masih sama seperti bintang yang lainnya. Belum terlihat bersinar dengan sempurna.

Aku menjatuhkan tubuhku ke kasur yang semula aku duduki. Aku memutuskan untuk melihat langit dengan posisi berbaring saja.

"How beautiful this is.." gumamku

Aku meraih ponsel yang sedari tadi terletak di kasur. Aku membuka aplikasi whatsapp dan tak ada pesan yang menarik. Aku melihat notifikasi dari bar ponselku. Ada sebuah pengingat dari kalender.

3 hours 17 minutes to My birthday

Aku menarik napasku panjang dan membuangnya kasar. Aku menyesal telah membuat pengingat semacam ini. Lebih baik aku menghapusnya saja.

***

Prangg

"Oh astaga.."

Aku dengan cepat membereskan pecahan piring yang baru saja kujatuhkan. Percayalah, aku tidak sengaja melakukan ini. Tanganku basah, aku baru saja selesai mencuci piring.

"Ada apa ini?"

Tiba-tiba saja bang Julian muncul di ruang belakang. Ia baru saja bangun, terlihat dari wajahnya.

"Jenbin! Kenapa kamu selalu ga becus?!" Bibi memarahiku, pasti.

"Tangan Jenbin basah," jawabku seraya membereskan beling yang berhamburan di lantai.

"Kenapa pegang piring kalo tangan masih basah?!"

Aku tetap diam saja, malas menjawab. Karena percuma, aku akan semakin dimarahin. Aku tetap melanjutkan membereskan pecahan-pecahan beling itu.

"Maaf bi. Jenbin mau mandi," ucapku sambil masuk ke dalam kamar mandi. Aku mencepol rambutku asal hanya agar tak basah ketika mandi.

"Ga pernah beres kalo kerja." Bibi terus saja mengoceh di luar sana. Biarlah, aku tak mau memperpanjangnya.

Jangan lupa vote!

Pencet bintang disini
👇

Kamu dan BandungWhere stories live. Discover now