Aku langsung menemui bu Rara yang dari tadi menunggu. "Ayo Bu, udah selesai," ajakku pada beliau.
"Aman kan?" tanyanya
Aku tersenyum. "Aman Bu, tenang aja," ucapku canggung.
Aku dan bu Rara berjalan menuju motor yang kami parkirkan di parkiran klinik ini. Aku naik ke atas motor setelah bu Rara naik.
"Udah makan belum? Atau kita beli makanan dulu?" tanya bu Rara sebelum menjalankan motornya.
"Gausah Bu gausah. Tadi pagi udah makan kok. Sampe rumah mau langsung istirahat aja," jawabku
"Oke deh," ucap bu Rara seraya mengangguk.
Dan motor kami melaju membelah jalanan yang tak terlalu ramai.
***
Aku sudah berada di kamarku sekarang, aku juga sudah mengabari bibiku. Aku bilang kalau aku hanya demam saja. Entahlah aku malas untuk memperjelasnya pada bibi.
Abang juga sudah pulang ke rumah, ia sekarang berada di kamarnya. Apalagi kalau bukan bermain game. Manusia itu malas untuk pergi berkeliaran di luar rumah. Dia juga bukan perokok seperti teman-temannya. Mungkin orang-orang akan mengira dia adalah orang yang anti sosial, itu benar. Katanya, lebih baik di rumah tidur dan bermain game.
Drrttt drttt
Ponselku bergetar dan dengan segera aku membukanya. Ternyata pesan dari Alfa.
Alfa : jen, kamu td ijin plg ya?
Alfa : kamu sakit lg?
Alfa : yauda, kamu istirahat aja ya. Jgn lupa makan
Jejen : iya Al, lo juga makan sana gih
Alfa : jen.. panggil aku dengan kata 'kamu'
Jejen : ck iyaiya, kamu makan sana
Alfa : nah :) iya Jen, ini mau makan kok. Sebentar yaa
Jejen : iya Al
***
Hari ini aku memutuskan untuk tidak bersekolah, aku masih merasa pusing. Obat yang diberikan dokter itu tak berpengaruh sama sekali untukku. Bukannya sembuh justru aku merasa semakin parah.
Jejen : Za, gue minta bikinin surat lagi ya hehe
Moza : etdah, lo masih sakit?
Jejen : iye nih, kemaren gue udah berobat sih
Moza : oh ya? Terus gimana?
Jejen : gpp, demam doang
Moza : ga lama lagi tuh
Jejen : apaansi gblk! Amit2 dah
Moza : wkwk canda gue anj, dibawa serius terus
Jejen : dih, yaudaaa jgn lupa bikin surat gue! Byee
Aku segera mematikan ponselku dan meletakkannya di atas nakas. Sekarang adalah jam 06.57 WIB, aku memutuskan untuk lanjut tidur.
Yang aku lakukan di rumah hanya tidur dan tidur. Makan? Tidak, aku merasa semua makanan yang masuk ke mulutku sangat pahit. Sebagai gantinya aku hanya meminum teh hangat saja. Aku tau ini salah, tapi ya mau bagaimana lagi. Sebenarnya aku juga lapar karena tak makan nasi seperti biasa, tapi sekarang nasi menjadi sangat pahit di lidahku.
12.18 WIB
Drttt drttt
Ponselku bergetar, aku melihat ternyata pesan dari Alfa lagi. Aku mengulas senyumku tanpa aku sadari.
Alfa : kamu masih sakit ya?
Alfa : td aku tanya ke temen kamu, kamu ga dateng
Jejen : iya Al, aku pengen istirahat aja
Alfa : yaudah, kamu istirahat. Udah makan belum?
Jejen : hm iya ntar lagi makan kok
Alfa : makan skrng dong, biar cepet sembuh. Aku mau liat kamu lg di sekolah :)
Jejen : iya Alfa, yauda aku makan sekarang deh hehe
Alfa : nah gitu dong :) obatnya jgn lupa minum
Jejen : buset dah, iya Al iyaaa
Alfa : ehe.. hm nanti aku ke rumah boleh?
Hahhh?!
Aku terkejut dan refleks langsung duduk di atas kasurku. Alfa mau ke rumah?
Jejen : ngapain?
Alfa : ya jenguk kamu lahh, boleh yaa
Jejen : hmmm yauda deh
Alfa : hehe.. makan deh sana. Tunggu aku yak nanti wkwk
Jejen : iya Al iyaa
Jangan lupa vote!
Pencet bintang disini
👇
YOU ARE READING
Kamu dan Bandung
Teen FictionIni tentang dia yang datang bersama Bandung, kotanya. Bandung, aku suka kamu. Seperti kata Pidi Baiq," Dan Bandung bagiku bukan cuma masalah geografis, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan, yang bersamaku ketika sunyi." Aku setuju.