23 : Sakit

361 42 2
                                    

"Masih adik kelas udah belagu!"

"Ga ada sopan santun!"

Aku sempat mendengar sindiran-sindiran itu dari beberapa teman laki-lakiku di kelas. Aku yakin mereka sedang menyindir Alfa. Itu membuatku menjadi khawatir.

"Baik, buka buku kalian.."

Bu Dona menggantungkan ucapannya ketika menatap Alfa. Ia mengkerutkan dahinya, aku ingin tertawa tapi aku tahan.

"Kamu kenapa di sini?" tanya bu Dona sambil menunjuk ke arah Alfa.

Alfa menatap satu ruangan dengan raut wajah bingung. "Oh maaf bu, saya salah masuk kelas," ucap Alfa dan langsung ngebirit keluar kelas. Kami tertawa, Discha yang tertawa paling keras.

***

Sekarang adalah mata pelajaran kimia, membosankan. Aku menenggelamkan wajahku di meja, aku merasa pusing.

"Za, kalo bu Riris ngeliat kesini, bangunin gue ya," ucapku. Moza mengangguk sebagai jawaban.

Akhirnya aku tertidur.

Tetttt tetttt

Aku bangun setelah mendengar bunyi bel, ini saatnya jam istirahat. Aku memutuskan tak pergi ke kantin, aku memilih untuk tidur di kelas saja. Aku merasa sedikit sesak di dadaku. Dan kepalaku sudah sangat pusing sekarang, aku ingin ijin pulang tapi pelajaran hanya tinggal satu jam. Sayang sekali jika harus menodai daftar absenku dengan tanda ijin.

"Lo beneran gapapa?" tanya Moza

"Pulang aja gih," saran Lail

Aku tetap diam saja dan tetap menenggelamkan wajahku di meja. Aku merasakan tangan yang menyentuh tubuhku.

"Badan lo panas Jen," ucap Lail

"Yaelah gapapa," gumamku

Aku berdiri tegak dan menatap Moza yang duduk di sampingku. Aku memasang wajah melasku.

"Za, mejanya keras banget. Ga enak gue tidurnya, gue pinjem paha lo dong," pintaku. Moza meringis jijik melihat ekspresi wajah yang memang sengaja aku buat lebih memelas.

"Yaudah iya," ucapnya

Moza menyuruhku untuk bertukar tempat duduk terlebih dulu dengannya. Kemudian Moza duduk dan aku ikut juga ikut duduk. Setelah itu aku membaringkan kepalaku di paha Moza, aku mengangkat kedua kakiku dan menekuknya di atas kursiku. Dari posisi ini aku bisa melihat Yasa dan Rafan dengan jelas.

"Uuu kaka jejen atit iya?" ejek Yasa

Aku meringis dan menatapnya tajam. Dan menutup wajahku dengan buku. Kemudian aku memutuskan untuk langsung tidur saja. Yasa dan Rafan terus tertawa sambil bergumam tak jelas.

Aku merasakan sebuah jaket yang dibentangkan di tubuhku. Aku membuka mataku dan ternyata itu jaket Rafan.

"Tuh pake buat selimut," ucap Rafan. Aku mengangguk dan menutup kembali mataku dan tidur.

"Dia kenapa?" tanya seorang laki-laki. Aku setengah sadar, masih bisa mendengar suara-suara di sekitarku.

"Sakit, badannya panas dan kaya sesak gitu gue liat," jawab Moza

Ada yang menyentuh lenganku, aku bisa merasakan itu. "Hey," panggilnya pelan. Aku bergerak-gerak gusar tapi tetap tak menggubris panggilan itu.

"Udah dari tadi dia kaya gini?" tanyanya lagi

"Iya"

"Jam istirahat pertama dia makan apa?"

"Mie goreng," jawab Moza

"Hey," panggilnya sambil mengguncang pelan tubuhku. Aku memutuskan untuk membuka wajahku sedikit untuk melihatnya.

"Kamu pulang aja ya," ucapnya pelan. Aku langsung menggeleng menanggapi. Wajahnya sekarang sudah mendekat dengan wajahku. Aku memutuskan kontak mata dengannya dan melanjutkan tidurku.

Aku merasa gerah sekarang, keringat sudah mulai mengalir di pelipisku. Namun sedetik kemudian aku merasakan angin yang sejuk. Alfa tengah mengipasiku dengan menggunakan buku.

"Woy itu buku gue! Entar peot gimana?!" sentak Moza

"Yaelah entaran doang," ucap Alfa masih sambil mengipasiku.

"Kepalanya masih pusing?" tanya Alfa pelan di depan wajahku. Aku hanya mengangguk saja sebagai jawaban.

Tetttt tettt

"Udah bel tuh, balik ke habitat lo sono," cerca Moza

"Tunggu sampe guru lo masuk," ucap Alfa

Jangan lupa vote!

Pencet bintang disini
👇

Kamu dan BandungNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ