51 : "Jangan berhenti"

343 23 0
                                    

Hari ini aku merasa moodku sedang kacau. Aku juga tak mengerti aku ini sedang kenapa. Jenuh, kesal, lelah. Mungkin hal itu bercampur hingga membuatku kebingungan sendiri.

Seperti sekarang ini, aku sedang malas mendengar penjelasan guruku di depan. Aku sibuk dengan pikiranku sendiri. Sampai-sampai Alfa memanggilku dari jendela saja tak aku gubris.

"Jen," panggil Yasa.

"Hm?" Aku hanya berdehem, sama sekali tak menoleh pada Yasa.

"Dipanggilin Alfa tuh," kata Yasa.

Aku hanya mengangguk. Aku benar-benar malas dengan orang-orang termasuk Alfa. Aku sedari tadi juga sadar dan mendengar suara Alfa yang memanggilku.

"Pstt.. Jen." Alfa lagi-lagi memanggilku, namun masih tetap aku acuhkan. Sampai akhirnya aku tak lagi mendengar suara Alfa. Kupastikan dia sudah pergi dari balik jendela.

***

Sepulang sekolah, aku dan siswa lainnya mengikuti kegiatan keagamaan di sekolah. Kegiatan ini diikuti oleh kelas 10 hingga kelas 12. Mungkin karna banyak, kami dikumpulkan di sepanjang koridor kelas 12. Kami duduk di tikar yang sudah disediakan.

Sekarang aku tengah duduk di barisan nomor tiga dari belakang. Aku rasa, aku benar-benar salah memilih tempat duduk. Pasalnya, aku harus mendengar kebisingan dari siswa-siswa di sekitarku. Tapi tak mungkin jika aku melarang mereka dan menyuruh mereka diam, aku tak punya hak. Jadi, aku lebih baik diam saja.

Semakin lama mood ku semakin berantakan. Aku memilih diam sepanjang acara. Hingga sampai di akhir acara, semua orang bersalam-salaman, sedangkan aku langsung masuk ke dalam ruangan kelas yang untungnya masih terbuka. Setidaknya ruangan ini kosong dan hanya ada aku. Mungkin aku disini sampai keadaan menjadi sepi.

Ketika semua orang telah bubar, aku melihat dari jendela kalau Alfa sedang celingak-celinguk.

"Duh, mampus kalo Alfa kesini," kataku pada diri sendiri.

Ah, tapi untungnya beberapa saat kemudian Alfa berjalan ke arah gerbang. Dia pasti mengiraku sudah pulang. Aku duduk di sebuah kursi dan menelungkupkan kepalaku di meja. Aku harus menunggu orang-orang pulang, atau menunggu Alfa pulang. Aku benar-benar malas bertemu. Jika aku sedang jenuh seperti ini, aku takut melakukan sesuatu yang akan membuatku menyesal nantinya. Karna aku memang suka memutuskan sesuatu tanpa berpikir jika sedang dalam fase ini. Jadi aku akan membatasi kontak dengan orang-orang.

Namun tiba-tiba ada yang masuk ke dalam kelas. Itu adalah Alfa.

"Ngapain disini? Aku cariin dari tadi," katanya setelah sampai di hadapanku.

"Kok tau aku disini?" tanyaku.

"Kata abang kamu, kamu belum pulang. Pasti kamu masih di dalem sekolahan," jawabnya.

"Hm.. yaudah pulang sana," kataku. Mungkin ucapanku terdengar sedikit kasar.

"Kamu kenapa?" Dia justru bertanya.

"Udah sana pulang!" Kali ini aku sedikit membentak.

"Hey.. kenapa?"

"Aku lagi gamau diganggu! Pergi sana!" Aku benar-benar tak bisa menahan emosiku. Ini yang aku takutkan, aku takut tak bisa mengontrol emosiku.

"Hm.. oke. Aku pulang dulu," pamitnya lalu pergi meninggalkanku sendiri di kelas.

Aku menatap nanar punggungnya yang berjalan kian menjauhiku. Aku benar-benar menyesal, aku merasa bodoh. Sebenarnya aku ingin mengejarnya dan meminta maaf. Tapi lagi-lagi ego ku besar.

Aku kembali menenggelamkan kepalaku di meja. Aku benar-benar harus menenangkan pikiran sebelum pulang ke rumah.

***

Kamu dan BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang