52 : Liburan

310 18 0
                                    

Sabtu, 15 Februari 2020

Hari ini aku, Moza dan Lail ikut pergi bersama rombongan organisasi di sekolahku. Mungkin bisa dibilang perpisahan untuk anggota yang kelas 12. Sebenarnya Discha dari awal ikut, tapi karena urusan mendadak di Gerejanya, dia tak bisa ikut. Kalau Yasa dan Rafan, mereka memang bukan anggota.

Pagi ini jam 10.00 WIB kami bertiga dipermisikan dan diberi ijin pulang lebih cepat untuk bersiap-siap. Hari ini kami akan pergi menginap di sebuah villa di Brastagi. Brastagi merupakan sebuah daerah di kawasan Sumatera Utara, hawanya masih sejuk disana. Tempat ini sama seperti Puncak. Letaknya di bukit, makanya hawa disana aku bilang sejuk.

Sekitar jam 12.00 WIB kami sudah berkumpul di sekolah kembali. Kami akan naik Bus Pariwisata yang terparkir di depan sekolah. Aku dan yang lainnya sudah berganti pakaian, pastinya juga membawa tas yang berisikan pakaian ganti atau pun segala perlengkapan yang kami perlukan selama disana.

Biasanya kami akan menghabiskan waktu sekitar tiga sampai empat jam saja untuk sampai, itu juga jika tidak macat. Tapi kali ini benar-benar perjalanan yang menurutku sangat lama. Kami sampai di villa jam setengah enam sore. Bukan tanpa alasan, tadi kami harus berhenti sebentar di sebuah persimpangan jalan di kotaku. Seorang siswa minta dijemput dari jalan lintas itu. Tapi siswa itu tetap tak kunjung datang, kami sudah menunggu hingga satu jam lebih. Dan akhirnya kami memutuskan pergi tanpa dia.

Bus kami berhenti di pelataran parkir villa yang akan kami tempati. Oh iya, semua peserta kegiatan ini sekitar empat puluh orang termasuk guru pembimbingnya. Kami memesan dua villa yang bersebelahan. Dalam satu villa ada empat kamar, ada dua kamar untuk empat orang, ada dua kamar untuk lima orang.

Saat baru sampai kami langsung berburu untuk mengambil kamar terlebih dahulu. Untungnya aku, Moza, Lail dan teman kami yang lain, namanya Tara, bisa cepat mengambil satu kamar. Karna memang kalau di hitung, kamarnya akan kurang dengan jumlah orang yang ada. Alhasil, beberapa anak laki-lakinya tidur di ruang tamu, depan televisi.

Aku meletakkan tasku dan merebahkan diri ke kasur. Lail dan Tara ikut duduk di pinggir kasur. Moza langsung menata tas-tas dan ikut duduk.

"Gila! Kelamaan di jalan, cape juga," kataku masih dalam posisi telentang.

"Coba tadi kita ga nungguin tuh bocah, pasti kita udah sampe dari tadi dan bisa mampir bentar di Panatapan buat mandangin kota di bawah sana," kata Lail. Panatapan adalah sebuah daerah di Sumatera Utara juga, merupakan tempat persinggahan untuk sekedar ngopi atau makan janggung bakar sambil melihat-lihat kota yang ada di bawah.

"Ke bawah yuk," ajak Moza. Oh iya, kamar kami berada di lantai dua.

"Masih cape ih," kataku.

"Yaelah, tadi kata Kak Meta kan selesai ngeberesin barang-barang kita disuruh ke bawah, buat pembagian tugas," kata Moza.

"Huft.. yaelah, yaudah ayo," kataku akhirnya mengalah.

Kami turun ke bawah, ternyata sudah ada beberapa orang di bawah. Semuanya sibuk tertawa di sebuah meja bundar pembatas dapur dengan ruang tamu. Aku sedang malas dan memilih untuk ke ruang tamu dan menonton televisi. Aku menyalakan televisi dan memilih duduk lesehan di lantai yang sudah diberi alas karpet. Sebenarnya ruang tamu dengan tempat mereka berkumpul tidak jauh, aku bahkan bisa melihat mereka dengan jelas, begitu juga sebaliknya.

Ah sial, channel yang biasa aku tonton tidak tersedia disini. Tapi untungnya masih ada kartun, setidaknya ini lebih baik dari pada drama korea.

Moza akhirnya ikut duduk di sebelahku. Ada beberapa teman yang lainnya yang ikut duduk di belakangku. Kami sempat bercakap-cakap sebentar hingga akhirnya aku fokus menonton lagi, walaupun hanya kartun, tapi tetap harus butuh konsentrasi.

Kamu dan BandungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang