PEKABLE - 34

1.8K 170 31
                                    

Hi semua.. Maaf banget baru update kembali. I'm back setelah sekian lama huhu><

Mulai sekarang aku udah kembali aktif dan update lagi di dunia wattpad^^

Happy reading❤️

🎨🎨🎨

Feri menarik napas dalam selama sekali sebelum membuka suara. Sebenarnya ia sangat enggan untuk membahas tentang keluarganya. Namun, karena Kenara ingin tahu dengan wajahnya yang imut itu, membuat Feri menjadi begitu gemas.

"Foto gadis yang lo liat di ruang tamu itu istri baru bokap gue."

Kenara menelan ludah melihat raut wajah Feri yang tampak terluka. Cewek itu menghela napas sebentar dan mengutuk dirinya sendiri dalam hati.

Bodohnya gue, ngapain sih kepo banget jadi orang?! Feri jadinya sedih, hiuh!

Walaupun sudah mengutuk diri dalam hati, cewek itu tetap tidak tahan untuk tidak bertanya lagi. "J-jadi itu mama tiru lo ya?"

"Yup." Jawab Feri dingin.

Kenara takjub. Matanya spontan membulat. "Wah! Muda banget, umurnya berapa tuh--eh aduh! Lupain pertanyaan gue! Duh! Kok kepo banget nih mulut!" Kenara memukul mulutnya sendiri.

Tanpa ia sadari, Feri tertawa kecil melihat tingkahnya yang imut itu.

"Nggak apa, santai Na." Feri tertawa sambil memakan terus bubur buatannya Kenara itu yang untuknya. Hatinya begitu berseri dan berbunga-bunga karena dapat makan bubur buatannya Kenaranya.

Ya, Kenaranya. Karena ia begitu menyukai cewek itu. Jadinya Feri menyebutnya sebagai Kenaranya.

"Iya, emang masih muda dia. Umurnya baru 20 tahun. Lucu kan, belum genap setahun nyokap gue meninggal. Bokap udah nikah lagi sama cewek itu." Ujar Feri sambil tertawa mendecih. Namun sorot matanya pada Kenara tersirat kesedihan.

Kenara menjadi begitu merasa bersalah karena sudah membuat Feri sedih. Dia baru tahu bahwa Feri ternyata menyimpan luka yang begitu dalam. Dia tak bisa membayangkan bagaimana dirinya jika ada di posisi Feri.

Pasti dirinya akan hancur dan sangat terluka. Kenara salut, Feri bisa terlihat begitu tegar dan santai.

Ternyata benar kata orang-orang, yang terlihat santai bisa saja menyimpan luka yang mendalam. Namun, mereka pintar menyembunyikan lukanya itu.

"Yang sabar ya Fer." Kenara memegang tangan kanannya Feri sebagai usaha untuk memberinya semangat dan cewek itu tersenyum tulus.

Feri membeku selama beberapa detik secara spontan, hatinya bergejolak karena sentuhannya Kenara di tangannya.

Cowok itu tersenyum kikuk, lalu memberanikan diri untuk memegang tangan mungilnya Kenara itu.

"Makasih--"

"Makasih apaan lo sambil pegang-pegangan hah?!"

Tiba-tiba saja terdengar suara seruan Alcio, sehingga membuat Kenara dan Feri sontak terkejut dan berdiri dari kasur.

Alcio masuk ke kamar Feri dengan membanting pintu kamar. "Kalian apa-apaan?! Ngapain di kamar?!" Wajah cowok itu memerah marah.

"C-Cio lo kok ke sini? Lo ngikutin gue?"

Alcio tidak menggubris pertanyaannya Kenara. Ia melotot ke arahnya Feri. "Maksud lo apa pegang tangannya Key? Mau macam-macam lo?!"

Ketika Alcio hendak menarik kerah bajunya Feri. Kenara langsung mencegahnya. "Stop! Jangan pukul Feri lagi Cio!"

"Ayo pulang, Key!" Ujar Alcio menarik paksa tangannya Kenara dan berjalan keluar dari kamar Feri.

Mbok Rami yang ada di depan kamar Feri terkesiap. Ia merasa seperti sedang menonton adegan sinetron.

Feri tersenyum sendu.

"Itu Cio temennya aden ya?" Mbok Rami bertanya.

"Iya, Bi."

"Kejar adik manis itu Den, kalau Aden beneran suka. Kalau suka sama orang, harus di kejar Den sebelum terlambat." Ucap Mbok Rami memberi nasehat.

Feri tertegun dan berusaha mencerna perkataannya Bi Rami. Kemudian, cowok itu tanpa berkata langsung mengejar Kenara yang udah ditarik paksa keluar oleh Alcio dari rumahnya.

"Tunggu.."

Feri meraih tangan kirinya Kenara. Sontak Kenara dan Alcio terhenti di depan halaman rumahnya.

"Mau apa lagi lo?" Tanya Alcio sinis sambil memegang tangan kanannya Kenara dengan begitu erat. Begitu pun Feri, ia menguatkan genggamannya pada tangan kirinya Kenara.

Cewek itu merasa sedikit kesakitan karena kedua tangannya di pegang oleh dua cowok itu.

"Gue cuman mau bilang makasih ke Nana karena udah jenguk gue dan udah buatin gue bubur ayam." Feri tersenyum.

Kenara ikut tersenyum tipis. Dan spontan itu, Alcio menjadi tambah emosi melihat tingkah keduanya.

"Tapi nggak perlu modus juga kali bro." Sindir Alcio.

Feri tertawa kecil. "Gue nggak ada modus kok, lo kenapa sih sensi banget Nana jenguk gue? Lo jealous ya?"

Sialan, Feri! Berani-beraninya dia tanya gitu di depan Key, mentang-mentang dia tau gue suka Key! Batin Alcio dalam hati dengan kesal setengah mati.

Kenara yang sedari tadi menunduk kini mendongak dan penasaran dengan jawabannya Alcio. Hatinya entah kenapa terasa senang kalau Alcio beneran cemburu.

"Apaan sih?! Ya bukan gitu, cuman gue nggak mau sampe Key kenapa-kenapa. Karena kan nyokap bokapnya kasih tugas ke gue buat jagain dia.." Tukas Alcio beralasan.

Alasan terus lo, Cio.. Feri membatin sambil tersenyum kecil.

Spontan jawabannya Alcio menohok hatinya Kenara. Dia merasa dirinya sudah menjadi beban untuk Alcio. Rasanya ia ingin menangis, namun cewek itu berusaha keras menahannya.

"Yuk pulang, Key.." Ajak Alcio akhirnya. Dia tidak mau Feri bertanya macam-macam lagi. Karena Alcio belum siap untuk memberitahu perasaannya yang sebenarnya pada Kenara.

Feri kembali tersenyum sendu dan mematung melihat Kenara masuk ke dalam mobilnya Alcio.

"Udah beneran kayak sinetron kalian bertiga.." Gumam Mbok Rami dengan sangat pelan yang dari tadi memperhatikan di balik jendela ruang tamu rumah Feri.

Beruntungnya adik manis itu direbutin dua cowok ganteng, duh duh. Iri saya toh adik manis.. Mbok Rami membatin dalam hati.

🎨🎨🎨

Tbc.

Sekali lagi maaf ya baru update lagi setelah sekian lama><
Buat yang udah lupa sama cerita ini (mana tau kan) silakan dibaca ulang ya hehe..

Makasih untuk kalian yang masih ngikutin cerita ini❤️

I'm really back^^

PEKABLE (Completed)Where stories live. Discover now