Candy's Story.9.

150 65 44
                                    

"Luka yang sudah lama membekas apakah bisa dengan mudah untuk dihilangkan?"

-Candy's Story-

Suara ricuh itu mulai terdengar lagi di telinga Candy, Candy sedang duduk di meja belajar yang tadinya berniat untuk belajar kini beralih untuk mengambil sebuah kater di dalam laci. Ia ingin sekali melukai dirinya sendiri jika kedua orang tua nya tidak kembali seperti dulu. Candy muak. Kelakuan kedua orang tuanya itu seperti anak kecil saja. Candy mulai mendekatkan kater ke tangannya namun kali ini ia selamat karena Edward datang tepat sebelum ia mengater tangannya sendiri.

"Heh gila lo, taruh ga katernya!" pinta Edward setibanya di kamar Candy. Baru kali ini Candy melakukan hal yang membahayakan dirinya sendiri.

"Udah kak ga ada yang peduli lagi sama aku, lebih baik aku ngater tangan aja, siapa peduli?" ucap Candy dengan isakan tangisnya.

"Dek stop gue bilang, gue masih sayang sama lo dek, gue masih peduli sama lo, mama juga peduli sama lo dek, jangan lo lakuin hal konyol seperti ini" titah Edward sembari berjalan pelan mendekati Candy.

"Mama peduli kak? Hah, cuh! Peduli apanya, kalau misal peduli dia ga bakal ngelakuin ini semua kak! Kerja ga tau waktu, pulang pulang malah berantem kayak gini!" balas Candy penuh emosi.

"Dah lah buat apa aku hidup kalau nggak ada yang sayang dan peduli sama aku? buat apa?! nggak ada gunanya juga," sambung Candy seraya meloloskan air matanya.

"Mama tu sayang sama lo, cuman mama bingung gimana cara nunjukin ke lonya dek"

"Semuanya juga sayang sama lo, ada gue di sini, ada temen-temen lo, mereka bakal selalu ada buat lo dek," ujar Edward sambil berusaha menyadarkan Candy bahwa apa yang dia lakukan itu tidak benar.

Persetan dengan ucapan Edward, gadis itu tetap melakukan apa yang ingin ia lakukan.

"CANDYY, GILA LO YAA" Edward langsung membuang kater yang berhasil membuat lengan Candy terluka. Tidak hanya satu bahkan lebih dari 3 goresan.

"IYA KAK AKUU GILA, AKU EMANG UDAH GILA KAK!!" tangisan Candy kini pecah. Rasa perih yang ada di lengannya tak bisa menutupi rasa perih yang ada di hati Candy, "AA..AK..AKU CAPEK KAK" lanjutnya dengan nada lemahnya.

"Iya dek gua tau. Gue juga capek, tapi gue masih mikirin kalian semua, gua mikirin perasaan lo, perasaan mama-" Edward menjeda perkataannya seraya menghela nafas "-Udah ya ga usah nangis lagi, biarin itu urusannya mereka, mereka yang mau berantem atau engga itu urusan mereka. Gue juga capek dek ngasih tau mereka dengan cara apapun gue juga udah nyoba tapi apa? Masih aja mereka berantem" Edward mengambil posisi agar setara dengan tinggi Candy yang duduk.

"Mau peluk?" tawar Edward sembari mengulurkan tangannya.

Candy hanya mangut-mangut dan menerima pelukan dari kakaknya itu. Edward menepuk nepuk Candy pelan. Menenangkan adiknya yang masih terisak. Candy sangat bersyukur karena Edward tidak ikut membencinya. Baginya Edward adalah kakak yang paling baik dan penuh pengertian. Candy ga kebayang jika Edward juga ikut membencinya bahwa sampai meninggalkannya. Lebih baik Candy mati saja jika itu terjadi.

"Sini liat, banyak banget darah nya, ga sekalian tangannya dipotong?" tanya Edward yang dibalas tatapan tajam oleh adeknya.

"Si kakak mah gitu, tadi aku mau ngater aja sampe teriak-teriak, gimana kalo aku jadi motong tanganku?" tanya Candy.

"Nangis 7 hari 7 malem gue dek," ucapan Edward berasil membuat ketawa Candy kembali.

"Hahahhah alay banget dah kak, btw kak makasih ya udah menjadi kakakku yang perhatian, yang baik, ganteng pula" ucap Candy tulus

Candy's StoryWhere stories live. Discover now