•24•

7K 525 23
                                    

_Cupu✓_

#VOTE + COMENT PLEASE, THANKS~🖤

•HAPPY READING•

Gio, pria itu kini sedang sibuk berkutik dan meringis dengan lukanya yang dari tadi dirinya obati.

"Ssshhhh, sialan tuh bocah kalau tabok orang aja jagonya. Ga sekalian aja jadi atlet tinju" monolog gio di balas kekehan dari gadis yang kini baru saja berada di depannya.

Gio mendongak lalu seperdetik lagi mendelik malas, gadis ini adalah gadis yang sama yang dirinya lihat ingin menampar Caca.

"G-gw.. boleh bantuin Lo obatin luka Lo itu ga?" Ucap Nara hati hati, tentunya tak di jawab dari pria di sampingnya itu.

Nara menghembuskan nafasnya berat, "gw janji kali ini aja..." Ucap gadis itu membuat gio menghentikan sebentar aktivitas nya tadi.

"Yaudah, sekali aja" ucap gio agak dingin di balas anggukan dan senyuman gembira dari Nara.

"Siniin kapasnya"

Gio memberikan kapas yang sudah di baluri obat merah itu ke pada Nara, membiarkan gadis itu yang mengobatinya.

Dengan perlahan Nara mengobati gio, sesekali gio meringis kesakitan membuat Nara sedikit terkekeh.

Tanpa sengaja gio memperhatikan Lamat wajah Nara, cantik. Tentu saja, Nara memiliki wajah yang tentunya hampir sempurna.

Seusai mengobati gio, kini keduanya diam termenung.

"Lo jangan jahat sama Caca, dia baik banget sama Lo." Gio membuka topik membuat Nara menoleh, telinga dan hatinya agak panas mendengar ujaran gio tadi.

"Jelas dia mau ngerebut orang yang gw suka dari gw, dia sahabat gw sendiri. Dia bahkan tau kalau gw suka sama__ Lo" ucap Nara lalu menunduk.

Gio menghembuskan nafas berat, "dia bahkan rela jauhin gw demi Lo, awalnya gw kira dia ngejauhin gw karena Aslan. Ternyata ga, itu semua demi Lo" ucap gio lalu berdiri dari kursinya.

"Gw pulang duluan, makasih udah ngobatin gw. Perbaiki hubungan Lo sama Caca secepatnya" ucap gio setelahnya pergi meninggalkan Nara yang memperhatikan punggung pria itu sampai benar benar tak terlihat lagi.

*****

"Hiks...hiks" tangisan tak henti hentinya mengalir deras di pipi gadis manis itu, dirinya baru saja pulang dari pemakaman. Masih tak percaya dengan apa yang menimpanya.

"Bunda... Hiks, Caca kangen sama bunda... Hiks, sekarang Caca udah ga punya siapa siapa lagi Bun..." Monolog Caca sambil mengelus elus bingkai foto berisikan dirinya, Mira, dan ayahnya.

Mereka tampak bahagia seakan akan tak akan terpisahkan, "Caca kangen bunda... Bunda sekarang udah di sana bareng ayah, apa Caca harus nyusul?" Gadis itu kini beralih ke arah atap kos kosannya itu. Ah, kayunya terlalu tua jika dirinya melakukan hal itu disini, lagi pula hal itu sangat tak berguna untuk masa depannya.

"Caca bakalan selalu rindu bunda hiks" gadis itu kini memeluk bingkai foto itu dengan erat lalu menidurkan badan nya yang sudah sangat lelah.

Cupu✓ (OPEN PRE-ORDER) Where stories live. Discover now