•35•

5.7K 431 9
                                    

_Cupu✓_

#VOTE + COMENT PLEASE, THANKS~🖤

•HAPPY READING•

Pertengkaran kecil tadi masih terjadi namun di tempat yang berbeda.

Taman, ya. Tempat itu yang keduanya tujui. Kini keadaan hening, keduanya masih dengan emosi masing masing. Terlebih Caca yang masih ketakutan dengan emosi Aslan yang tadinya meluap luap tak karuan.

Aslan menghembuskan nafas berat, "Aku udah bilang ke kamu kan kalau aku nunggu kamu di parkiran" Aslan membuka topik melanjukan berdebatan yang belum terselesaikan tadi.

Caca terdiam, aslan terdengar egois. Jelas jelas bahwa Aslan juga bersalah dalam hal ini, Lihatlah mana yang bersalah. Aslan yang membiarkan dirinya di peluk di depan kekasihnya ataukah Caca yang hanya menerima tumpangan dari seorang teman?.

Caca bangkit dari kursi panjang taman itu lalu menatap Aslan lekat penuh amarah, biarkan dirinya meluapkan semua kekesalannya terhadap aslan sekarang.

"Lan, kok kamu egois sih!?"

Aslan terkejut dengan apa yang Caca katakan, pria itu tak paham apa yang terjadi dengan Caca.

Aslan ikut bangkit, kini pria itu juga menatap Caca lekat penuh amarah.

"Kamu yang egois!, Aku capek nungguin kamu di par__"

"Sambil pelukan sama cewe lain!? Iya!?"

Skak, aslan terdiam. Dirinya terpaku sesaat, wait. Apakah caca melihat nya berpelukan Dengan Vani sewaktu di parkiran?. Ah, shit!. Vani menjebaknya, "Ca, aku__"

"Apa!? Kamu mau bilang kalau kalian cuma temen!?"

"Aku sama Vani emang temen___"

"Iya! Sama kaya aku dan Vino! Kita juga temenan!, Tapi ga sedeket kamu sama vani!"

Aslan terdiam, ya. Dirinya bersalah, namun dirinya masih tak terima dengan ini. Jelas Vani lah yang bersalah karena telah mendekatinya, lantas mengapa seakan semua kesalahan di timpakan olehnya?.

"Vino cuma mau nolongin aku!, Dia cuma ngasih aku tumpangan!. Tapi Vani!? Apa!? Dengan alasan kalian temenan bukan berarti kalian bisa seenaknya lan!. Bukan berarti kalian bisa pelukan!" Ya, Caca yang penuh amarah memang terlihat sangat kecewa.

Amarah nya terkumpul karena rasa kecewa yang terpendam untuk aslan. Seakan caca yang lugu sirna dalam sekejap.

"Kamu dengerin aku dulu!" Aslan kini mengambil alih bicara, Caca diam. Air matanya memang sudah berderai sedari tadi, ya tentu saja. Dirinya yang lemah tak akan pernah hilang.

"Vani ngejebak aku Ca!, Dia meluk aku karena ngeliat kamu!"

Caca menghapus air matanya dengan kasar, ungkapan dari aslan tadi seakan tak logis untuknya. Dengan cepat gadis itu berbalik badan berniat pergi meninggalkan tempat itu.

Namun dengan gesit tangan aslan menghentikan niatnya, dengan cepat aslan menarik gadis itu lalu mendekapnya hangat.

Percayalah aslan tak akan se tega ini, biarlah Caca menganggap bahwa dirinya bersalah. Terserah saja, dirinya tak ingin memperpanjang ini.

Cupu✓ (OPEN PRE-ORDER) जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें