3. Waktunya tiba

44.9K 5.1K 58
                                    

Acara sudah di depan mata, Li Xian sudah siap dengan penampilannya, menggunakan pakaian khas kerajaan serta cadar yang menutupi sebagian wajahnya.

"Anda sungguh luar biasa, Putri. Bahkan dengan cadar yang menutupi wajah anda, tidak bisa menghilangkan aura kecantikan anda," puji Linda jujur, sebagai wanita dia juga terpesona dengan aura yang Li Xian pancarkan.

"Kau terlalu banyak memujiku, Linda."

Linda menggeleng. "Saya mengatakan yang sesungguhnya, Putri. Jika Yang Mulia Putra Mahkota melihat anda, pasti beliau tidak akan bisa berkedip," ujarnya terkekeh.

Sebelah alis Li Xian terangkat. "Begitukah?"

Linda mengangguk. "Saya yakin, Putri."

"Kalau begitu, mari kita keluar, kita lihat raut wajah sang Putra Mahkota songong itu," olok Li Xian.

"Anda bilang apa, Putri?"

"Tidak, bukan apa-apa. Ayo."

Kesan anggun terpancar dalam setiap langkahnya, membuat beberapa tatapan mata mengarah padanya. Auranya mampu membuat orang lain enggan berpaling darinya. Namun desas desus kembali mencuat saat wajahnya tertutup cadar, semua beranggapan bahwa wajahnya terkena penyakit parah sehingga harus di tutup.

Li Xian sama sekali tidak menghiraukan, tatapannya mengarah lurus ke depan, dengan dagunya di angkat ke atas, sesekali menikmati pemandangan sekitarnya. 'Istana ini sangat indah,' gumamnya dalam hati. Terlihat taman dengan bunga yang mulai mekar, juga pohon persik yang berbunga, matanya tidak bisa berpaling dari sana. "Aku harus sering-sering ke sana nanti," gumamnya lagi.

Linda senantiasa mengekor dan menjadi penunjuk arah untuk menuntun Li Xian menuju tempat diadakannya acara.

Saat sampai di balai besar nan luas, Li Xian menyernyit. "Kenapa kita ke sini Linda?"

"Maafkan saya, Putri, acara pertama adalah pertunjukan bakat," jawab Linda menunduk.

Seketika Li Xian menatap tajam ke arah Linda. "Unjuk bakat? Maksudnya?"

"Iya, Putri, para wanita Yang Mulia Putra Mahkota menunjukkan kemampuannya, menari, menyanyi, memainkan alat musik dan sebagainya."

Li Xian membeku, dia tidak bisa itu semua, di kehidupan sebelumnya dia selalu menolak ketika sang ibu memaksanya belajar menari dan les beberapa alat musik. Sedangkan dia tidak percaya diri untuk bernyanyi. "Linda, apa yang harus aku tunjukkan?" tanyanya mulai gelisah.

"Putri, bukankah anda biasanya akan menari?"

Li Xian terkejut. "Apa? Menari? Aku?" tunjuknya pada diri sendiri.

Linda mengangguk-angguk. "Benar, Putri, anda ahli dalam menari sebelumnya."

Li Xian menyernyit. 'Apa iya aku bisa menari?' bathinnya meragukan. Dia mulai masuk ke dalam ruangan, di sana sudah berdiri beberapa wanita yang dijelaskan Linda bahwa mereka adalah Selir Putra Mahkota.

Ujung bibirnya tertarik saat melihat wajah Shi Zhu memang persis dengan adik tirinya di kehidupan sebelumnya, adik tiri yang sudah membunuhnya secara keji. Tanpa sadar tangan Li Xian mengepal melihat raut wajah Shi Zhu yang tengah menatapnya jijik.

"Linda, dimana pria itu?"

Linda nampak kebingungan. "Pria itu?"

Li Xian mendesah berat. "Pangeran Putra Mahkota apalah itu," ralatnya mengibaskan tangannya.

Linda meluaskan pandangannya. "Di sana, Putri, yang duduk di kursi kebesaran, sebelah Yang Mulia Kaisar," bisiknya pelan.

Li Xian mengikuti arah tunjuk Linda, kedua bola matanya membulat melihat wajah pria itu yang juga tengah melihat ke arahnya.

Li Xian EmpressWhere stories live. Discover now