24. Perang 2

20.6K 2.6K 85
                                    

Li Xian meronta saat tubuhnya di dorong maju. "Apa yang kau lakukan, Shizhu," hentak Li Xian keras.

"Membuatmu dalam masalah adalah tujuanku."

Kedua matanya melotot saat menyadari apa yang akan di lakukan Shizhu.

~••~

"Kau gila, Shizhu. Lepaskan aku," Li Xian terus meronta saat cengkeraman tangan Shizhu semakin kuat.

Dia tahu, saat Shizhu terus mendorongnya ke arah Kaisar, pasti wanita itu menginginkan dia menusuk Kaisar dan nantinya dia yang akan di hukum mati oleh Pangeran.

"Aku gila karenamu Li Xian, kau terus mendapatkan apa yang aku inginkan. Dan aku membencimu. Maka dari itu, aku ingin kau pergi dari dunia ini untuk selamanya."

Deg!

Li Xian terkesiap, teringat pada kehidupan sebelumnya, saat Shizhu juga menginginkan dirinya mati. Lalu? Apakah sekarang waktunya dia untuk mati? Mati dengan cara yang mengenaskan? Li Xian tersadar. Tidak! Dia tidak ingin mati sia-sia seperti sebelumnya. Dia harus melawan.


"Akh," Shizhu meringis saat perutnya terkena pukulan siku Li Xian.

Li Xian berbalik, menodongkan pedang di depan Shizhu. "Mungkin, dulu aku akan menyerah dengan apa yang kau lakukan terhadapku. Tapi sekarang aku tidak akan membiarkanmu menindasku, Shizhu. Meskipun pada akhirnya aku akan mati, tapi sebelum itu terjadi, aku yang akan membunuhmu," ujarnya menatap tajam ke arah Shizhu yang membeku.

"Kau tidak akan bisa melakukannya," tantang Shizhu dengan debaran jantung menggila, dia takut dengan ancaman Li Xian.

Li Xian menyeringai. "Kau yakin?"

Kedua mata Shizhu melotot, melihat Li Xian sudah mengayunkan pedangnya.

Pedang Li Xian hampir menyentuh tubuh Shizhu saat sebuah suara di belakangnya mengalihkan fokusnya. Dia berbalik, terkesiap melihat Kaisar yang terjatuh juga berbatuk mengeluarkan darah. Tatapannya kembali ke arah Shizhu yang memejamkan mata.

'Setidaknya biarkan aku berbuat baik untuk kerajaan, sebelum aku mati,'  kalimat itu terus memutar di kepalanya.

Dia berbalik, berlari ke arah Kaisar, menangkis pedang yang akan menghunus Kaisar, hingga pedang itu terlempar jauh.

"Anda tidak apa-apa, Yang Mulia," ujar Li Xian membantu Kaisar untuk bangun.

"Tidak, terimakasih, Permaisuri," jawabnya terbatuk.

Li Xian mengangguk. "Berhati-hatilah, Yang Mulia."

Li Xian kembali melawan para musuh yang terus berdatangan, tidak bisa dipungkiri, tubuhnya benar-benar letih, tidak sanggup lagi bertahan.

Perlahan dia mundur, saat seorang prajurit istana membantunya. Li Xian menyentuh dadanya, dengan menghembuskan nafas panjang, belum selesai mengistirahatkan diri, sebuah pedang menggores punggungnya.

"Akh," pekik Li Xian merasakan perih di punggungnya.

'Pangeran, segeralah kembali,' gumamnya memejamkan matanya.

Li Xian EmpressTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang