19. Merenung

25.9K 2.9K 43
                                    

Tapak kaki kuda menghias sepanjang jalan, beberapa kali tangannya menghentak tali kuda agar sang kuda semakin cepat melaju, tidak dia pedulikan hari yang semakin gelap, dia terus saja melajukan kudanya.

Hanya di temani sinar bulan yang menerangi jalannya, tidak sedikitpun dia gentar dan takut jika ada penjahat yang tiba-tiba menyerangnya.

Dalam pikirannya hanya tertuju satu nama, berharap gadis itu baik-baik saja, andaikan terjadi hal buruk padanya, entah apa yang akan dia lakukan.

Dia tidak ingin kehilangan orang yang berarti dalam hidupnya, setelah bertemu dengan gadis itu, dia jadi tahu bahwa gadis itu tidak mempunyai niat buruk atau mencari keuntungan darinya.

Sama seperti Linda, yang dengan tulus menjadi pelayan juga temannya, tidak di pedulikan betapa buruk dan jeleknya dia dulu. Gadis itu tetap bertahan di sampingnya, mendukung dan juga melindunginya.

Begitu pula Yihua yang tidak bisa menerima sebagaimana dirinya, dari awal bertemu gadis itu sama sekali tidak peduli bahwa dia Permaisuri atau gadis biasa, dia memperlakukan dirinya dengan baik.

Dan inilah balasan yang Li Xian berikan, berusah melindungi orang-orang yang memang peduli dan tulus padanya.

Karena merasa kudanya yang melambat, Li Xian memilih untuk berhenti di sebuah batang pohon, memberikan kudanya minum, juga dirinya yang bersender di batang pohon itu, untuk memejamkan matanya sejenak.

Dan ketika pagi menyingsing, Li Xian kembali memacu kudanya, menurut perkiraannya, jika Yihua dalam keadaan baik-baik saja, bisa di pastikan gadis itu telah sampai di desanya.

Tapi jika terjadi sesuatu dengan Yihua, pasti gadis itu belum cukup jauh dari tempatnya saat ini.

Matahari semakin meninggi, saat Li Xian sampai di sebuah desa, dia melambatkan kudanya, seraya matanya yang awas melihat hilir mudik orang-orang untuk menemukan Yihua.

Sesekali dia berjalan sambil menarik kudanya, dan singgah untuk sekedar membeli makanan. Dia mulai risih karena beberapa orang dengan terang-terangan memperhatikannya.

Matanya menunduk untuk melihat penampilannya sendiri. Sial! Dia melupakan satu hal, dia belum mengganti bajunya dengan baju biasa.

Pasti orang-orang berfikir bahwa dia adalah bangsawan karena pakaiannya yang begitu indah, dengan jubah yang juga membungkus tubuh mungilnya dengan indah.

Bisa dilihat dari pakaiannya, bahwa hanya orang bangsawan yang bisa memakainya.

Tidak ingin membuat bahan tontonan, Li Xian kembali menunggangi kudanya, dan segera pergi dari desa itu. Beruntung dia menggunakan cadar, sehingga orang tidak akan mengetahui wajahnya.

Di sebuah gubuk di tengah hutan, manik mata Li Xian menangkap sesuatu yang begitu menarik perhatiannya.

Semakin mendekat, dia semakin yakin bahwa itulah gadis yang tengah dia cari.

"Yihua." Pekik Li Xian setelah turun dari kudanya.

Yihua beserta dua pria lainnya menoleh dan tampak saling tatap, mereka berfikir siapakah wanita di hadapannya.

Li Xian membuka cadarnya.

"Yang Mulia." Ketiganya membungkuk memberikan hormat ketika yang datang adalah Permaisuri.

"Apa kau baik-baik saja?" Tanya Li Xian memperhatikan tubuh Yihua dari atas hingga bawah.

"Aku baik Yang Mulia, bagaimana anda bisa kemari Yang Mulia?"

"Aku mengkhawatirkanmu, apa kau bertemu dengan seorang pria?"

Yihua nampak terkejut. "Iya Yang Mulia, dia juga merampas kayu ukiran darimu Yang Mulia." Jawab Yihua menunduk.

Li Xian EmpressWhere stories live. Discover now