26. PURA - PURA

21.1K 2.6K 75
                                    

Matahari terbit dari ufuk timur, seakan berputar hingga tenggelam di ufuk barat, hal seperti itu sudah berlangsung beberapa hari, namun Li Xian tak kunjung membuka matanya.

Linda memasuki kediaman Liu Xingsheng untuk mengunjungi Li Xian yang masih berbaring di sana.

"Putri, sudah lewat beberapa hari, tapi kenapa anda tidak kunjung membuka mata," ujarnya seraya mengelap lengan Li Xian dengan handuk basah.

"Putri, apa anda tahu, Pangeran sangat khawatir dengan keadaanmu, dia tidak pernah beranjak dari sisimu. Dia yang menemanimu tidur setiap malam. Bukankah anda sangat mencintainya? Bangunlah, Putri. Jangan biarkan para selir mengambil kesempatan ini untuk mendekati Pangeran."

Linda menghembuskan nafas panjang saat ucapannya tak mendapatkan respon sama sekali. "Aku akan mengambilkan obat untukmu, Putri," ucapnya segera beranjak.

Selepas kepergian Linda, kedua manik mata dengan bulu lentik itu bergerak, perlahan hingga terbuka menampilkan manik mata hitam teduhnya.

Berkedip untuk mengintip keberadaannya, juga untuk mengingat apa yang terjadi, tengah berkelana dengan pikirannya sendiri, seseorang datang membuatnya menoleh.

"Putri, anda sudah sadar?" ucap Linda tampak sumringah menghampiri Li Xian.

"Linda? Dimana aku?"

"Putri, anda sedang berada di kediaman Pangeran. Syukurlah anda sudah sadar, Putri. Aku sangat takut anda pergi meninggalkanku sendirian, Putri."

Li Xian tersenyum tipis, meskipun Linda sangat cerewet, tapi dia merupakan pelayan yang setia dengannya.

"Putri, biar aku panggilkan Pangeran. Beliau pasti sangat senang melihat anda sadar."

Li Xian menggeleng pelan. "Jangan, Linda," cegahnya.

"Tapi, Putri, Pangeran sangat sedih melihat keadaanmu, beberapa hari ini beliau selalu menjagamu di sini."

Li Xian tersenyum tipis. "Aku akan membuat kejutan untuknya, aku harap kau tidak akan merusak kejutanku untuknya.

Linda tersenyum lebar, kepalanya mengangguk setuju. "Sebaiknya anda minum obat dulu, Putri."

"Siapa yang menyiapkan obat ini, Linda? tanya Li Xian saat merasakan ramuan dalam bentuk minuman menyentuh lidahnya.

"Tabib kerajaan, Putri."

"Bagaimana dengan lukaku?"

Linda membantu Li Xian menyibak kain yang membungkus perutnya. "Sudah cukup membaik, Putri. Aku setiap hari membersihkan dan mengobatinya," jawab Linda mulai membubuhkan tanaman herbal yang ditumbuk di atas luka di perut Li Xian.

Li Xian merigis merasakan perih, andai sekarang dia ada di jaman modern, dia tidak perlu menggunakan cara tradisional seperti ini. Cukup dijahit lukanya, dan meminum obat dalam bentuk kapsul pasti akan membaik.

"Bagaimana dengan selir Shizhu?"

"Ketiga selir sangat senang melihat keadaanmu, Putri. Mereka setiap hari mencari muka dengan Pangeran, seakan-akan peduli dengan keadaanmu," jawab Linda kesal. Selama Li Xian tertidur, ketiga selir semakin gencar mendekati Pangeran.

Li Xian tersenyum kecut, teringat bagaimana Shizhu hendak membunuhnya saat perang. "Biarkan saja, aku akan membalasnya."

"Linda, tolong ambilkan buku catatanku yang ada di atas lemari di kamar."

"Untuk apa, Putri?"

"Itu buku ramuan yang aku tulis sendiri, jangan sampai orang lain tahu, bawalah ke sini," titahnya.

Li Xian EmpressWhere stories live. Discover now