13. Gara celaka

5K 390 83
                                    


🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️

"Ga, kapan ambil penyadap suara itu?" tanya Dewa pada Gara.

Mereka berdua tengah berada di apartment milik Dewa. Lelaki itu menyewa apartment hanya untuk menenangkan pikiran dari segala masalah yang ada. Jika di rumah, Dewa tidak akan pernah bisa berpikir jernih. Karena selalu saja, lelaki itu diganggu oleh adik nakalnya.

"Tunggu sampai satu Minggu. Setelah satu Minggu, gue bakal suruh semua anggota kumpul di basecamp, dan tugas lo  sama yang lain ambil semua penyadap suara yang udah ditempel."

"Oh ya, apa lo inget satu-persatu motor anggota?" tanya Gara.

"Gue inget cuma separoh aja, yang lainnya enggak."

Gara nampak berpikir. Jika Dewa tak mengenali motor itu milik siapa saja, pasti akan sangat susah dan rumit untuk ditebak. "Gimana kalau nanti pas lo ambil penyadap itu, lo tulis satu-persatu plat nomornya. Cara yang mudah 'kan?"

Dewa tersenyum tipis lalu mengangguk. "Jadi, kita tinggal tunggu waktu yang tepat aja, nih."

"Yoi!"

Gara melihat ke arah tangannya. Jarum jam menunjukkan angka empat lebih lima menit. Lalu lelaki itu mengambil jaket dan memakainya. "Gue pulang dulu. Kalau misal ada apa-apa jangan lupa kasih tahu gue."

"Siap. Hati-hati lo di jalan."

"Emang gue anak perawan digituin."

"Gue peduli sama lo!"

"Serah, gue pamit."

Dewa terkekeh geli. Gara dan Dewa itu sudah berkawan sejak duduk di bangku SMP. Awalnya Dewa takut untuk mendekati Gara, hanya untuk saling kenal. Karena pada saat itu, raut wajah Gara selalu menampilkan datar dan dingin. Tetapi, ketika Dewa memberanikan diri untuk memperkenalkan dirinya sendiri, Gara nampak baik-baik saja. Menerima dirinya sebagai teman semasa SMP-nya sampai sekarang. Sedangkan untuk Jiwa, Leon, Zian, Juki, dan Samuel mereka berlima adalah teman semasa MOS di SMA. Sampai kelas XII, mereka bertujuh masih berteman dengan baik.

Gara membelah jalanan yang sepi dengan kecepatan rata-ratanya. Ia sengaja mengambil jalan pintas untuk sampai di apartmentnya. Jalanan yang ia lewati sudah jarang ada orang yang melewat, karena akses jalan ini sepi dari area penduduk. Hanya ada rumah-rumah namun terlihat tak berpenghuni. Sudah sepi ditambah dinginnya hawa sore ini terkesan horor jika dirasa. Langit pun menampakkan kehitam-hitaman, sepertinya cuaca sekarang akan terjadi hujan.

Dipertengahan jalan. Hujan pun turun dengan deras. Sudah ia duga hujan akan turun dengan cepat. Walaupun begitu, lelaki itu tetap santai menjalankan motornya. Suara deru motor dari arah belakang terdengar keras sampai telinga lelaki itu. Gara menoleh ke arah kaca spionnya, dan terlihat beberapa orang yang bertubuh besar dengan baju yang serba hitam seperti mengikutinya. Lelaki itu mencoba untuk tetap tenang, sedikit-sedikit ia menancapkan gas motornya. Para motor yang berada di belakangnya pun sampai menambah kecepatan motornya ketika melihat hal yang dilakukan Gara.

Ckit

Gara mengerem mendadak ketika para pemotor itu sudah mencegat motornya melaju. Lantas lelaki itu membuka helm full pace-nya dan melayangkan tatapan bertanya pada keempat lelaki dihadapannya.

"Kenapa ngikutin gue?"

Satu orang dari keempat lelaki itu menghampiri Gara, dan satu pukulan dia layangkan tepat pada pipi milik lelaki bertindik itu.

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now