44. Pamit

6.2K 230 70
                                    

🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️

"Ke mana aja lo?" tanya Juki ketika mendapati Leon yang baru saja datang.

Wajah Leon berbeda dari sebelumnya. Dan mereka yang melihat pun cukup penasaran.

"Gimana kumpul sama bokap nyokap? Asik 'kan? Pasti lo baru di manja-manja dulu tadi, pantes gak datang ke basecamp," timpal Jiwa.

Mana ada manja-manja yang ada Leon sakit hati. Leon tak menghiraukan nada rayuan dari teman se-gengnya. Leon berjalan memasuki basecamp, lalu merebahkan diri di sofa yang berukuran cukup besar. Menjadikan tangannya sebagai bantalan, matanya menatap langit-langit basecamp dengan intens. Pikirannya kalut.

Kenapa hidup gue gini-gini banget? Batinnya bersuara.

Pedih.

Rapuh.

Namun masih bisa menampilkan senyum dengan tulus.

Keluarga yang dulu ia bangga-banggakan kini malah mengkhianati dirinya sendiri. Bolehkah Leon menyerah saja sampai di sini? Rasanya percuma saja, percuma ia hidup jika tidak di beri perhatian dari kedua orang tuanya.

Puk

"Lo kenapa?" Gara bertanya pelan.

Leon bangkit dari tidurnya. Dan Gara ikutan duduk di sebelah Leon. "Lo ada masalah, Le? Raut lo beda."

"Kelihatan banget?"

"Jejak air mata juga bisa gue lihat."

"Ck!" decak nya.

"Ikut gue." perintah Gara pada Leon.

Kini mereka berdua sedang berada di lantai dua basecamp. Tepatnya di balkon yang menghadap pegunungan dan hutan-hutan lebat.

"Leon si ceria sekarang jadi Leon si pendiam," kata Gara. "Lo kalau ada masalah bisa cerita sama gue. Gak usah dipendam-pendam kayak cewe aja."

"Lo juga kalau ada masalah gak pernah tuh kasih tahu gue!"

Skakmat.

Gara malah tertawa. "Ya itu beda lagi."

"Kandungan si Gilfa berapa bulan lagi?"

Gara mengernyitkan dahinya. Kenapa malah bertanya tentang Gilfa. "Ini 'kan lagi bahas tentang lo, kok malah bahas bini gue."

"Pengen tahu aja gue."

Gara menepuk pundak temannya. "Lo aneh ah!"

"Aneh darimana nya? Gue 'kan cuma tanya."

"Hm. Kandungan si Gilfa mau jalan enam bulan, tiga bulan lagi lahiran. Lo harus kasih kado tuh sama anak gue."

"Gak kerasa ya? Waktu emang cepet banget berputar. Tahu-tahunya nanti lo udah jadi bapak."

"Nanti lo nyusul ya," ujar Gara lalu terkekeh.

Leon hanya tersenyum tipis. Lalu lelaki itu mengeluarkan kotak yang sedari tadi di simpan di sakunya. "Nih, kado buat anak lo. Gue gak tahu anaknya cewek atau cowok, jadi seadanya aja."

"Lo bisa kasih nanti ajalah udah lahiran. Oh gue tahu, lo mau jadi orang pertama kasih kado buat anak gue."

"Mumpung gue masih ada," ujar Leon tanpa menatap netra temannya.

Cukup mengagetkan untuk di dengar. Gara pun sampai diam beberapa saat. "Lo jangan ngomong gitu lah. Lo gak mau gitu lihat anak gue, lihat gue jadi bapak beneran, apa lo gak mau gendong anak gue? Mulut lo perlu di sekolahin lagi, ngomongnya sembarangan."

GALARA [END] ✔️Όπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα