22. Cukup menunggu

4.9K 354 144
                                    


🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️

Gara berulang kali duduk dan berdiri.
Pikiran dan perasaannya berkecamuk. Dia masih memikirkan perkataan Dewa tadi di sekolah. Selain itu, dia juga sedang memikirkan pengkhianat yang berada di gengnya.

Tadi, sesaat pulang sekolah Gara menemukan kotak hitam lagi di atas kap mobilnya. Lelaki itu sempat memeriksa ke ruang cctv namun tak ada jejak dari orang itu. Gara jadi sulit untuk menemukan siapa pelaku aslinya, jika menggunakan berbagai jebakan yang ada dirinya sendiri yang terkena jebakannya.

Kotak itu belum sempat Gara buka. Niatnya nanti saja ketika sampai di apartment dia akan membuka kotak itu.

Sekarang, lelaki itu dengan cekatan membuka kotak hitam itu. Seperti biasanya, hanya kertas yang menjadi isi dari kotak itu.

Dulu menjalin hubungan baik
Sekarang kita seperti tak kenal satu sama lain
Walaupun sering menyapa
Kamu tak pernah ingat siapa aku
Aku selalu ada, bersamamu

"Anjing siapa sih ini? Serius dah gue gak tahu. Kok tuh orang cuma kirim ginian sama gue? Kenapa gak ke yang lain?"

Otaknya kembali memutar ke masa dulu. Masa-masa di mana dia menjadi anak kecil hingga dewasa sekarang. Namun tetap saja, tidak ada ingatan yang menurutnya sangat perlu diatasi. Apa hubungan orang itu dengan dirinya? Sungguh Gara tak paham.

"Gara bisa anterin aku ke rumah Mama?"

Gara yang sedari tadi melamun kan sesuatu kini tersadar dengan suara perempuan yang di sampingnya. "Mau ngapain?"

"Mau jemput adik aku. Dia mau nginep di sini, boleh 'kan?"

"Hm," balasnya dan langsung masuk ke kamar.

Gara dan Gilfa sudah berada di mobil. Tujuannya sekarang ke rumah keluarga Prameswari. Tadi, sesaat Gilfa berganti baju, ponselnya bergetar menandakan panggilan dari mamanya. Mamanya bilang Gavi—adiknya itu menangis ingin bertemu dengan kakaknya, sudah lama mungkin mereka tak bertemu lagi. Palingan waktu itu, saat Gara dan Gilfa menikah saja, sisanya tidak ada waktu untuk mereka berdua, adik dan kakak.

Gavi Arnando Prameswari, anak kedua dari pasangan Riza dan Sandra. Bocah cilik itu kini sudah menginjak kelas satu SD. Sikap dia itu tidak kalah sama dengan kakaknya maupun Mama dan papanya. Mereka sekeluarga sama-sama tak ada akhlak. Walaupun begitu, keluarganya tetap harmonis sampai sekarang.

Kini, Gara dan Gilfa sudah sampai di pekarangan rumah milik keluarga Prameswari. Gilfa terlebih dahulu masuk ke dalam di susul oleh Gara di belakangnya.

"Assalamu'alaikum ya ahli kubur!" seru Gilfa kepada anggota keluarganya.

"Walaikumsal— kok ahli kubur sih?"

Gilfa tertawa untuk menanggapi perkataan mamanya.

"Ahhh Kakak kenapa baru ke sini sekarang?" Pertanyaan itu datang dari adiknya. Terdapat bekas menangis dari mata adiknya itu. Gilfa pun memeluk Gavi dengan penuh kerinduan.

"Maaf ya? Kakak sibuk sekolah soalnya."

"Kok Abang ini ikut?"

GALARA [END] ✔️Där berättelser lever. Upptäck nu