31. Antara iya dan tidak

4.9K 228 136
                                    


🏁Kasih saran jika ada salah
🏁Jejaknya sangat dibutuhkan
🏁HAPPY READING 🖤

🏍️🏍️🏍️

Byur

Tumpahan air di atas pintu menimpa seluruh badan Gilfa. Perempuan itu memejamkan matanya untuk sesaat lalu menatap ke semua teman sekelasnya.

Apa yang mereka lakukan? Apa mereka akan menambah lagi penderitaan Gilfa?

Semua pasang mata teman sekelasnya menatap dirinya begitu intens. Raut datar ditambah sinis terpampang dari mereka semua. Gilfa cuma bisa menelan ludahnya susah payah ketika satu buah telur terlempar mengenai wajahnya.

Bau anyir dari telur itu dapat Gilfa cium dengan jelas. Wajah Gilfa seketika memerah hingga mengucurkan air matanya.

"Cewek murahan kayak lo jangan masuk ke kelas ini."

"Parasit sih!"

"Kenapa gak dikeluarin aja sih tuh anak?"

Gilfa menunduk dalam. Dirinya tidak bisa melawan mereka semua. Terlalu sulit dan tidak ada gunanya. Matanya kembali mendongak menatap intens ke arah Rain yang memalingkan kontak matanya.

Sebenci itukah teman satu-satunya itu?

Dengan perasaan yang sakit. Gilfa pun meninggalkan kelas yang penuh akan orang-orang yang begitu setia menutup mata. Dari sebuah foto bisa mengakibatkan masalah yang besar, dan itu dampaknya terkena pada orang lain.

Mereka akan percaya ketika sudah melihatnya saja, tetapi tutup mata, telinga, dan mulut ketika sesuatu itu tidak dapat mereka percayai.

Sesulit itukah untuk seorang manusia mempercayai orang lain?

Gilfa menghentak-hentakkan kakinya kesal ketika sampai di area rooftop. Rooftop ini sudah menjadi tempatnya untuk meninggalkan semua rasa sakit. Gilfa tahu, rooftop ini selalu dipakai oleh geng Rosas Negras ketika bolos, namun sejak beberapa hari ke belakang sudah tidak ada lagi anak geng itu berkumpul di sini.

Gilfa mengusap cairan dari telur itu menggunakan dasinya. Air matanya masih meluruh begitu saja. Dia sakit jika harus diperlakukan seperti ini. Dia juga manusia yang butuh keadilan. Dan mereka memperlakukan dirinya begitu kejam.

Tak seharusnya mereka mem-bully seseorang yang menjadi korban, melakukan tindak kekerasan pada seseorang itu. Apa mereka tak merasakan perasaan seseorang itu? Dengan senangnya mereka menyiksa, mencaci, dan menghina harga diri Gilfa. Mereka cuma bisa berbicara tanpa tahu fakta yang sebenarnya. Jika fakta itu disaksikan oleh mereka, ujungnya mereka akan terbungkam juga.

Dan itu, penyesalan selalu datang di akhir cerita.

Dorrrr!

Gilfa terkejut ketika Leon mengangetkan nya. Perempuan itu menghapus sisa air matanya. Lalu menatap Leon dengan pandangan bertanya-tanya.

"Nih minum pasti lo capek, sekalian basuh tuh muka lo. Bau tahu!"

Hanya Leon yang menjadi sandarannya untuk sekarang. Dan Gilfa bersyukur masih ada orang atau satu orang yang masih mempercayainya.

Gilfa menerima botol minum pemberian Leon. "Makasih."

Leon mengangguk. "Apa lo gak capek kayak gini terus? Kalau capek bilang sama gue, Gil. Gue siap jadi apapun buat lo."

"Enggak."

Leon terkekeh kecil. "Masa sih ada orang yang betah di perlakuin kayak gini?"

"Bukan capek sih, Le. Gue cuma sakit doang lihat orang-orang yang rendahin bahkan hina harga diri gue, apalagi teman satu-satunya gue jadi ikutan kayak mereka."

GALARA [END] ✔️Where stories live. Discover now