Another Story : Rain

4.9K 554 33
                                    

"Aaaaarrgggghh"

Jaemin yang berjalan menuju halte pun menoleh kearah taman yang sepi karena tengah hujan. Dia mengeryitkan dahinya saat melihat pria mungil yang terlihat menari nari dibawah hujan.

"Hujannnn!"teriak pria mungil itu.

Jaemin menyaksikannya masih dengan tangan yang memegang payung. Senyum kecil terbit dibibir Jaemin saat melihat wajah manis pria itu.

"Bisa ga sih kasih gue jodoh?! Gue capek ngejomblo nih!"teriaknya.

Jaemin tertawa pelan. Dia benar benar baru menemukan spesies langka seperti yang baru dilihatnya.
"Gila kali ya tapi kok manis"

"Huang Renjun! Pokoknya cuma Huang Renjun yang boleh ada dihati doi nanti"

Renjun tersenyum lebar. Dia memejamkan matanya dengan wajah yang menengadah menghadap kelangit yang menurunkan hujan.
"Pokoknya kalo hujan bisa ngasih jodoh, nanti gue cinta dia setengah mati deh. Setengah aja ya, kan kalo semua nanti gue ga punya apa apa"

"Sarap nih anak"guman Jaemin sambil tertawa kecil.

Jaemin tak beranjak dari tempatnya karena melihat Renjun yang sangat bebas dibawah hujan membuat dia tak bisa mengalihkan matanya sedetikpun.
"Gue ga kenal dia. Berasa penguntit anjir"

"Tapi nagih, gimana dong"

Jaemin tertawa pelan dengan dialognya sendiri. Dia menatap Renjun yang masih menikmati acara menari dibawah hujannya.
"Gue beliin kopi gimana ya? Kedinginan pasti, pucet gitu"

Jaemin meninggalkan pinggiran taman dan pergi ke minimarket didekatnya. Dia membeli kopi dan coklat hangat dalam cup. Jaemin tersenyum saat melihat dua cup yang dia bawa sekarang.

"Sip. Alus bener modusnya"

Jaemin kembali melangkahkan kakinya ke pinggiran lapangan tapi dia tak melihat pria tadi.
"Anjir ilang. Yahh mama anakmu yang ganteng ini ga jadi ketemu doi"
.
.
.
.
.
"Hachihh"

"Anjir gila ya lo?"

"Diem! Bisa diem ga?"

Renjun mengusap ingusnya yang sejak tadi keluar. Renjun demam ringan dan tadi pagi mamanya telah menceramahinya hingga telinganya terasa panas.

"Mending Lo keruang kesehatan aja"saran Haechan.

"Ga.."

"Susah kalo ngomong sama batu"

"Susah kalo ngomong sama radio rusak"

"Anjir Lo tuh..."

"Ekhem, Lee Haechan? Keluar dari matkulku?"

"Maaf pak"

Renjun tersenyum puas dan kembali memperhatikan dosen yang kembali menjelaskan materi bisnis. Dia hanya tak menyadari seseorang memperhatikannya sejak tadi dari bangku belakang.

"Gila, ini mah jodoh beneran"

Jaemin kembali memperhatikan Renjun yang fokus ke dosen mereka. Dia benar benar tak merasa bosan melihat wajah manis Renjun meski pria mungil itu terus saja mengusap hidungnya karena tengah demam.

"Lo pacar gue. Ga mau tau"guman Jaemin.

Jaemin membereskan barang barangnya setelah dosen mereka keluar kelas. Dia segera berlari keluar saat Renjun juga keluar dari kelas.
"Hey..."

Jaemin memegangi lengan kecil Renjun yang berjalan didepannya. Renjun berbalik dan menatap siapa yang menahan langkahnya.
"Lo siapa?"

"Lo yang hujan hujan ditaman kemaren kan?"

Mata rubah Renjun yang lesu membulat saat mengetahui fakta bahwa kemarin dia tak sendirian.
"Iya"

"Anjir dia denger semua dong"batin Renjun.

"Gue duluan ya"

"Mama Injun malu~"

Renjun kembali melanjutkan langkahnya. Dia membiarkan Jaemin mengikutinya. Renjun terlalu malu hanya untuk mengusir Jaemin yang sekarang terus menatapnya.

"Kalo minta jodoh jangan kehujan"kata Jaemin.

"Terus kesiapa?"tanya Renjun polos.

"Ke gue aja"

"Modusnya lancar ya, pak"

"Serius nih gue"

"Iyain"
.
.
.
.
.
Beberapa bulan.

"Anjir gue diterima!"

"Lo yang nembak duluan? Cupu banget tuh cowok"

"Heh yang penting gue punya pacar"

Renjun tertawa bersama Jaemin yang merangkulnya dari belakang.
"Kita sebentar lagi kepelaminan, kan?"

"Yes baby"

Mereka tertawa bersama hingga Haechan mendengus kesal. Dia menyilangkan tangannya.
"Dasar bucin"

"Bucinin istri sendiri ga salah kan by?"tanya Jaemin sambil menatap Renjun.

"Gak lah"

"Anjir Lo bedua awas aja. Waktu nikahan rubuh nanti tendanya"

"Ga pake tenda. Kan didalam gedung, kan by?"

Jaemin mengangguk sambil memeluk Renjun. Dia juga mencium bibir Renjun didepan Haechan.
"Kaya miskin aja pake tenda"

"Asu ya lo bedua"

Mereka tertawa bersama saat melihat Haechan semakin kesal. Renjun memeluk Haechan dan menepuk nepuk punggungnya beberapa kali.
"Selamat ya. Gue ga nyangka ada yang mau nerima radio rusak kaya Lo"

"Thanks bro. Doi dah suka gue tapi cupu"

"Ati ati bro, nanti Lo yang nglamar dia"

"Heh jangan ngadi ngadi"

Jaemin dan Renjun tertawa saat Haechan uring uringan karena perkataan Jaemin.
"Ntar udah nikah trus ena ena bisa bisa Lo terus yang gerak"

"Wow, uke on top sampe mampus"

"Enggak boleh!"

Mereka tertawa saat Haechan berlari meninggalkan mereka.

"Hueee kak Mark~"teriak Haechan.

Jaemin tertawa pelan dan memeluk Renjun. Dia mencium bahu Renjun yang berbalut kaos kesukaan Renjun.
"By..."

"Masih dikampus juga"

"Biarin aja. Biarin mereka tau kalo Huang Renjun tuh punyanya Na Jaemin"

Renjun tertawa pelan dan menatap Jaemin. Mereka bertatapan sebelum akhirnya Renjun mencium bibir Jaemin lebih dulu. Renjun langsung melarikan dirinya dari Jaemin yang masih loading.

"Sayang, cepet banget sih~"

"Lagi dong~"

Jaemin mengejar Renjun yang berjalan menuju kelas mereka. Mereka hanya memiliki beberapa kelas yang sama karena Renjunengambil kelas internasional sementara Jaemin tidak.

"By...."

"Hm?"

Renjun memegangi tangan Jaemin yang merangkulnya. Dia menggenggam tangan besar Jaemin.
"Apa?"

"I love you with all of my heart"

"I love you too"

"No, don't say too"

Renjun tertawa saat Jaemin masih sempatnya protes.
"I love you, Jaemin"

"Yeah that's right"

Paham?
Entah paham atau enggak yang penting begituuu
Aku nemu di tik tok tadi, like that's cute and I want make it
Di komen aku cantumin linknya

Ran🦊

8 November 2020

𝕁𝕦𝕤𝕥 𝕒𝕓𝕠𝕦𝕥 𝕞𝕖 𝕒𝕟𝕕 𝕥𝕙𝕖𝕞 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang