Enam Puluh Empat

112K 12.5K 2.5K
                                    

Keringat dingin mengucur deras dari pelipis Syifa, gadis itu meremas kuat ponsel di tangannya setelah mendapatkan pesan ancaman dari orang semalam, Aldi.

Sampai saat ini ia belum memberi tahu Azka perihal pesan dari Aldi, gadis itu masih setia menyimpan rahasia ini dari suaminya, ia tak mau jika Azka khawatir padanya setelah mengetahui pesan ini.

'mira, sepertinya nama itu cocok sebagai pembuka permainan kita'

Pesan dari Aldi itu terus terngiang ngiang di benaknya, apa yang sebenarnya di inginkan lelaki itu hingga melibatkan ummanya dalam masalah ini.

Gadis itu langsung menelungkupkan kepalanya di lipatan tangan, biarlah jika dirinya di usir dari kelas, karena percuma di kelas pun tak ada satu materi yang berhasil ditangkapnya, apalagi ini adalah pelajaran kimia.

Benar saja, baru ia membatin sudah terdengar gebrakan meja di depannya, Syifa mengadah dengan mata sayunya, menatap guru kimia itu yang tengah menatapnya tajam.

"Buat apa kamu sekolah kalau di kelas tidur, disekolah itu tempatnya belajar, bukan tidur, kalau kamu mau tidur, ya tidur di rumah!"marah guru kimia itu, Syifa mengangguk saja tanpa membantah ucapan guru itu.

"Berarti kalau kita gak ngerjain PR, gak salah dong Bu, kan dirumah tempatnya tidur, kalau sekolah baru tempatnya belajar, jadi kita ngerjain PR nya di sekolah aja, betul gak?"celetuk Bima selaku ketua kelas paling bobrok sepanjang masa.

"BETUL!"jawaban kompak satu kelas yang langsung membungkam guru itu.

Bu sari yang merupakan guru kimia disana mendesah pelan seraya melepaskan kaca mata yang bertengger di hidungnya.
"Sudah sudah, Syifa kenapa kamu tidur di pelajaran saya?"tanyanya mengintimidasi.

Nifa yang duduk di samping Syifa tersenyum miring, ini adalah satu satunya cara yang bisa ia gunakan untuk kabur dari penjara suci ini.

"Saya__"

"Anu Bu si sipa sakit, udah dua hari dia gak makan, kekurangan gizi keknya, maka dari itu saya izin bawa dia ke UKS ya"potong nifa cepat, jawaban yang ia lontarkan pun sepenuhnya salah, mana ada Syifa gak makan dua hari, telat makan aja nangis.

Syifa menggigit bibir dalamnya kuat, menahan semburan tawa yang hampir meledak karena jawaban nifa barusan.

Bu sari melebarkan matanya lalu mengusel usel kepala Syifa seolah memeriksa panas atau tidak, gadis itu hanya bisa pasrah mendapatkan perlakuan seperti itu dari gurunya, berprasangka baik jika Bu sari khawatir padanya.

"Ya Allah kenapa kamu dua hari gak makan nak, ayo nifa bawa Syifa ke UKS, jangan lupa belikan makanan yang banyak ya"perintah Bu sari seraya memberikan selembar uang merah.

Nifa meneguk salivanya kasar, bagaimana bisa guriini percaya dengan jawaban nyelenehnya, lagi, ia memberikan uang untuk membeli makanan, thats amazing!

"I-iya Bu, kalau gitu kami permisi"kedua manusia itu lalu keluar dengan mendapatkan tatapan tajam dari murid lainya, terlebih Bima yang sepertinya sangat dendam pada nifa.

"Lah si ibu baek amat, itu mah mereka bohong Bu, si sipa mana tahan gak makan dua hari, bengek dia, semaput!"ujarnya berapi api.

"Bima, kamu mau mulutnya ibu kucir, nyinyir amat jadi cowok, sudah! Sekarang kalian kerjakan no 1-50, dikumpul sebelum pulang, saya tunggu di meja, kalau gak ngumpul nilai raport saya kasih merah!"ancamnya dan berlalu dari kelas.

Para murid hanya bisa mengelus dada pelan mendengar perintah Bu sari yang tak tanggung tanggung memberikan tugas, sudah biasa guru itu bersikap demikian, dibilangnya gini, kalau baik, baik banget tapi sekalinya jahat, ya jahat banget, bukan jahat sih, apa ya, gak tau deh.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang