Empat belas

225K 22.6K 2.9K
                                    

Syifa turut membantu umma dan Oma yang tengah memasak didapur,sesekali ia mengusap air mata yang menetes karna sedang memotong bawang merah.

Meski dikategorikan sebagai remaja SMA,namun jangan salah Syifa sudah sangat mahir jika berurusan dengan dapur,bahkan ia sudah memiliki sebuah cafe hasil dari penjualan makanan.

Beberapa saat kemudian makanan itu siap,Syifa diperintahkan untuk memanggil kakek Bram dan Azka,jika kalian tanya dimana kakek dan nenek Syifa,jawabanya mereka sudah kembali ke Bandung karena ada sebuah urusan.

Kebetulan ia melihat sang kakek yang tengah membaca koran diruang tengah
"Kakek, sarapannya udah siap,ditunggu Oma dimeja makan"

Kakek Bram mengangguk paham lalu beranjak ke meja makan sedangkan Syifa kembali melanjutkan langkahnya ke kamar Azka.

Oh ya mereka berdua memutuskan untuk tidak masuk sekolah dengan alasan masih berduka.

Syifa mengetuk pintu berdaun coklat didepanya,hingga terbukalah dan menampilkan sosok Azka yang baru bangun tidur.

Rambut berantakan dengan tangan yang masih sibuk menyapu kedua mata,uhh benar benar menggemaskan.

Ia jadi teringat perlakuan manis Azka kemarin,tersenyum hangat dengan tangan yang mengusap pipinya, membayangkan itu membuat Syifa senyum senyum sendiri yang menimbulka tanda tanya besar dibenak Azka

Ni orang kenapa dah senyum senyum batinnya

Azka menyentil pelan kening gadis didepannya ini membuat sang empu berjingkat kaget

"Awsh!apaan si kak main nyentil aja sakit tau"

Ia terus mengusap keningnya yang tampak kemerahan,meski dibilang pelan tenaga lelaki itu dua kali lipat dari perempuan.

Azka menjadi gemas sendiri dengan tingkah Syifa,bibir gadis itu yang tipis tampak sangat lucu saat tak henti henti menggerutui dirinya.

Dengan lembut,ia mengecup singkat kening gadis itu yang tampak kemerahan.

Syifa merasakan benda kenyal menyentuh keningnya,meski hanya sebentar tapi mampu membuat jantungnya berpesta.

Ia memandang lekat Azka yang hanya memasang raut datarnya,hello apakah dia tidak merasakan sesuatu apapun,mengapa bisa sesantai ini.

"Masih sakit"tanyanya

Syifa menggeleng pelan,membuat laki laki itu tersenyum tipis,tanganya terangkat untuk mengusap kepala syifa yang tertutup hijab.

"Ngapain kesini"tanyanya,

Syifa menormalkan detak jantungnya,menarik nafas lalu membuangnya,mencoba menghilangkan kegugupan yang melanda dirinya,tapi bagaimana bisa dengan tangan Azka yang setia mengelus kepalanya

"Di-di suruh umma turun buat sarapan"

Azka semakin gemas dibuatnya setelah mendengar perkataan yang terdengar gugup itu,belum lagi pipinya yang merah merona

"Lima menit lagi gue turun"

Syifa menganggu paham lalu pergi begitu saja tanpa memperdulikan tangan Azka yang mengambang di udara.

Azka yang melihat itu terkekeh geli,gadisnya itu lucu sekali pikirnya.tunggu tunggu,apa tadi dia bilang gadisnya?bahkan dia lebih dari gadisnya,dia istrinya.

Azka menggeleng pelan,apa yang terjadi pada dirinya sekarang,mengapa ia begitu hangat pada Syifa sama seperti dirinya terhadap bundanya dulu,jujur ia merasakan jika dirinya berubah,ada sesuatu dalam dirinya yang mendorong untuk bersikap lebih pada gadis itu.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang