Tujuh Puluh Tujuh

45.8K 8.3K 2.2K
                                    

Nifa terus memperhatikan lorong menuju kamar mandi, sudah tiga puluh menit berlalu namun sahabatnya Syifa belum juga kembali, agak kesal ya bun, tapi ia juga khawatir, takut terjadi sesuatu dengan sahabatnya itu.

"Ini si Sipa lama bet dah di kamar mandi, tidur kali ya?" Monolog Putri seraya melihat jam di pergelangan tangannya yang sudah menunjukkan pukul empat sore.

"Kagak, sungkeman dia sama kuyang." Sahut Nesa yang langsung mendapatkan tatapan horor dari Nifa, gadis itu sangat sensi jika ada yang membahas tentang horor dan kawan kawannya.

"Gue susul aja kali ya." Ucap Nifa yang sudah bangkit dari duduknya, namun belum sempat melangkah, perkataan Nesa menghentikannya dan langsung membuat kekesalannya membuncah di ubun ubun.

"Kalian pulang aja ya, gue juga udah jalan pulang bareng Kak Azka, sorry baru ngasih tau:v" Nesa membacakan pesan Syifa yang di kirim melalui grup mereka, Nifa yang mendengar itu segera membuka ponselnya dan langsung membaca sendiri pesan yang di kirim sahabatnya itu.

Seketika raut wajahnya berubah, dari yang tadinya khawatir menjadi kesal bukan main, ia tak habis pikir dengan jalan pikir sahabatnya itu yang pergi begitu saja tanpa langsung mengabarinya, apa maksud nih dari tadi dah nungguin.

"Sipa Sipa kalau bukan kawan gue, udah gue santet lo!" ucapnya kesal.

Putri menjentikkan jarinya, "Hooh, kek yang di pilm The Wailing, nonton gak lo pada?" sahutnya.

"Iya anjring, kakek jepang keparat emang." Balas Nesa.

Nifa mendengus malas, dua sahabatnya ini kalau sudah ngebahas pilm, dimana pun tempatnya pasti di jabanin, mau di kolam buaya pun mereka jabanin, buaya darat tapi, hahaha.

"Balik deh, yuk!" ajak Nifa, keduanya pun mengangguk, akhirnya setelah setengah jam menunggu, mereka pun tak mendapat hasil apa-apa, kasihan.

Sementara di lain tempat, Azka dan para sahabatnya baru akan pulang dari kantor persidangan alias pengadilan, hasil yang di harapkan sangatlah memuaskan, persidangan di menangkan oleh pihak Queen dengan banyaknya bukti yang di tunjukkan, Aldi yang membela diri pun kalah telak, akhirnya lelaki itu pun mendapatkan hukuman berupa penjara seumur hidup.

Yesss!

"Untung gue kagak jadi ngundang Joo Dan Tae buat ngebunuh Aldi." Celetuk Dika.

"Untung gue juga gak jadi ngundang Om Logan buat nyiksa dia." Tambah Riko.

Revan yang mendengar obrolan dua orang di dekatnya itu hanya bisa diam, ia tak habis pikir dengan keduanya yang ternyata juga menonton drama Penthouse yang juga di tontonnya, sangatlah membagongkan.

"Untung gue juga kagak jadi ngundang bundadari ya." Sahutnya, dan ya you pada taulah setelahnya, mereka mengobrol ria membahas akhir cerita dari drama itu.

Azka yang tengah membuka ponselnya di kejutkan dengan tepukan pelan di pundaknya, ia menoleh dan menemukan Om Wira disana, ia tersenyum ramah dan langsumg menyaliminya di ikuti anggota Vagos yang lain.

"Benar kan kata om?" ucapnya dengan kekehan singkat.

"Apasih yang gak bener kalau Om yang pegang." Ini kata Diego.

"Aldi sudah di tangkap dan akan di penjara seumur hidup, om berharap, gak ada lagi kejadian seperti ini." Ucapnya.

Mereka mengangguk, "Semoga." Ucap Zeyan.

"Terima kasih om udah mau bantu Revan dan teman-teman, kalau gak ada om, mungkin kita akan susah buat menjarain Aldi." Ucap Revan tersenyum hangat.

"Sama sama, om pamit ya, kalian hati hati pulangnya, sudah sore." Dan mobil yang di naiki Om Wira pun melesat pergi.

Dika terkekeh pelan, "Jam segini sorenya si om, lah jam segini mah siangnya gue." Ia memperlihatkan jamnya yang menunjukkan pukul empat sore.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang