Delapan Puluh Lima

33.7K 5.4K 924
                                    

Azka tersenyum senang memandang kedua orang tuanya di tepi pantai, pulau Dewata, Bali. Keduanya nampak sangat bahagia bermain air dengan tawa gembira yang nyaring terdengar. Layaknya pasangan muda yang baru menikah, mereka sama sekali tak memperdulikan keadaan sekitar, yang penting happy ygy.

Berbicara soal pasangan, Azka jadi teringat pada istri cantiknya, Syifa. Ia yakin jika kebahagiaannya akan bertambah berkali kali lipat jika gadisnya ada disini bersamanya. Oh ayolah, membayangkannya saja ia sudah bahagia apalagi dengan kedatangannya, bisa bisa ia pingsan di buatnya.

"Ngelamunin apa kamu ka? Senyum senyum sendiri." Celetuk Papa Bayu yang tiba tiba datang.

"Mikirin istrinya itu pa." Timpal Bunda Jia mengompori.

Azka berdecak sebal, mengapa orang tuanya ini sangat menyebalkan? Tak ada hal lainkah yang bisa di lakukan selain menggodanya, sudah di pastikan pipinya memerah sekarang ini.

"Tapi istri kamu itu emang cantik loh ka, sama seperti bundamu dulu, sebelas dua belas lah." Tambahnya.

"Terus?" Azka memandang datar sang papa.

"Ya gak ada terusannya." Bayu mengusap tengkuknya yang tak gatal, sepertinya ia sudah salah berbicara.

"Iyalah, kan bunda yang pilih." Bunda Jia menaik turunkan alisnya, mencoba menengahi kegaduhan tersirat antara ayah dan anak.

Azka menghela nafas pelan, sepertinya tak baik jika ia berlama lama disini, orang tuanya akan semakin gencar menggodanya dan ia tak mau itu semua terjadi, bisa hancur image cool yang selama ini melekat padanya.

"Azka pergi." Ia melangkahkan kakinya menjauh dari kedua orang tuanya.

Bunda Jia menatap heran pada anak tunggalnya itu, "Itu tadi pamitan atau gimana?"

"Maybe yes." Jawab Papa Bayu.

"Kok anak kamu dingin banget sih pa?" Herannya.

"Karena dia anak aku."

Bunda Jia menatap tajam sang suami, "Jawaban kamu gak bermanfaat tau gak, mendingan gak usah di jawab." Kesalnya.

Papa Bayu terkekeh singkat, "Iya bunda yang cantik." Tukasnya menggoda.

Bunda Jia memutar bola mata malas, lalu tanpa sepatah kata melenggang pergi dengan membawa Tote bag berisi baju ganti, ya! Ia akan membilas diri setelah tadi bermain di pantai bersama sang suami.

Papa Bayu menghela nafas pelan, "Gak di ajak lagi gue."

Sementara di lain sisi, Azka baru saja selesai memesan makanan yang nantinya akan ia makan bersama bunda dan papanya di resort. Orang abis berenang pasti kelaperan ygy, untunglah ia peka dengan kondisi orang tuanya itu.

Di tengah menunggu pesanan, ia memilih menunggu di salah satu meja sambil memainkan ponsel, ia membuka galeri dan melihat lihat foto foto candid Syifa yang sengaja ia ambil untuk konsumsi pribadinya, seperti saat gadis itu sedang memasak, tidur, bahkan saat menangis selepas menonton drama Korea.

Azka terkekeh singkat, sungguh ia sangat merindukan istri cantiknya itu, selalu ia menghitung hari kapan ia bisa kembali ke Jakarta dan bertemu dengannya.

Seketika senyumnya lenyap saat seorang gadis tiba-tiba datang dan langsung duduk di sampingnya. Azka memandangnya datar seolah menunjukkan rasa ketidaksukaannya, ia berfikir keras, bagaimana bisa gadis ini ada disini bersamanya?

"Halo Azka, gak nyangka ya kita ketemu disini, atau jangan jangan kita jodoh lagi?" Celetuknya membuat mood Azka benar benar hancur.

"Ngomong apa kamu Nara, jelas jelas Azka sudah menikah?" Sahut seorang lelaki paruh yang muncul dari belakangnya.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang