Tujuh Puluh Lima

65.2K 9.7K 2.8K
                                    

Syifa memandang jengah teman temannya yang kini tengah mengukur meja, gadis itu memijat pelan pelipisnya, hey! ini masih jam pelajaran, kenapa malah tidur di kelas, pikirnya.

"Nipa bangun nip! bu Saras lagi jalan ke sini!" bisiknya yang sebenarnya bohong.

Seketika Nifa langsung membuka matanya seraya melihat bu Saras yang ternyata masih sibuk mencatat materi di depan, gadis itu mencubit pelan paha Syifa di sampingnya
"Gila lo ya! boongin gue pas lagi tidur" dumelnya kesal.

Syifa meresponnya dengan tertawa kecil "Makanya, jangan tidur di kelas, itu namanya dzalim, dosa tau" ujarnya.

Nifa mengangguk saja, yang di katakan Syifa memang benar, tapi untuk tak tidur di dalam kelas adalah hal yang sangat sangat susah, keduanya pun akhirnya memperhatikan bu Saras yang saat ini baru saja menyelesaikan acara mencatatnya di depan.

Begitu berbalik, bu Saras sangat terkejut karena mendapati anak didiknya yang tertidur pulas di atas meja, terhitung hanya ada lima kepala yang sadar, tak hanyut dalam mimpi, salah satunya adalah Syifa dan Nifa, bahkan Bima si ketua kelas paling bobrok sepanjang masa pun ikut tertidur.

"Ini temen temen kalian kenapa pada tidur sih?" tanya bu Saras seraya duduk di kursi guru, agaknya beliau lelah.

"Biasa bu, abis tahajud" jawab seorang murid bernama agus.

"Tahajud tahajud, tahajud di atas kasur?" ejek bu Saras.

"Iya kali bu, saya juga gak tau, kan saya bukan emaknya" jawabnya lagi.

Bu Saras menggeleng pelan, hingga terbesit dalam otaknya untuk sedikit memberi pelajaran pada anak didiknya yang kelewat nolep ini.

Bu Saras tersenyum miring dan suara sirine pemadam kebakaran pun menggema di ruang itu, sontak para murid yang tengah tertidur itu terbangun kaget, mereka berlarian mengelilingi kelas mencari jalan keluar, sayang ternyata, pintu satu satuya sebagai akses keluar sudah di kunci, sengaja memang agar rencana bu Saras berjalan sempurna.

"KEBAKARAN WOI! TOLONGIN GUE, HUAAA"

"MAK MAU NIKAH DULU"

"Ya Allah izinin baim makan seblak dulu ya Allah"

"Pasrah ajalah, semoga gue syahid"

Suara bising dari teman temannya itu benar benar menggelitik perut, Syifa dan Nifa sampai ndeprok di lantai saking tak tahannya.

Di saat keadaan benar benar pecah, suara sirine damkar itu pun menghilang, para murid yang masih berhamburan dalam kelas seketika terdiam, mereka semua bingung, mengapa suara sirine itu tiba tiba menghilang, apakah kebakaran sudah selesai, jika kebakaran sudah selesai, artinya mereka tak jadi mati, begitu?

"Selamat pagi anak anak, gimana tidurnya, lelap? mimpi indah kah?" Pertanyaan dari bu Saras itu seketika menyadarkan mereka semua bahwa sura sirine itu bukan berasal dari mobil pemadam kebakaran, melainkan dari setan gepeng yangg saat ini di pegang bu Saras.

"Jantungnya aman?" tanya bu Saras lagi.

Para murid mendesah frustasi "Ya Allah bu! ni jantung saya untung gak pindah ke pantat" ujar Bobby mewakili teman temannya.

Bu Saras menggeleng pelan "Makanya, kalau jadi anak, jangan nolep nolep amat lah, ya kali pagi pagi udah tidur, biar apa kek gitu, biar keren? HAH?!" jar bu Saras dengan sedikit sindiran di sana.

"Setelah ini, catat apa yang sudah saya catatkan di depan dan rangkum hal 55-60, di kumpul di meja saya, hari ini juga!" perintah mutlak bu Saras.

Sontak para murid langsung melihat ke arah papan tulis dan sebagian lainnya membuka buku pada halaman yang di maksud, mereka meneguk ludah kasar, hampir semua ruang di papan tulis itu telah di penuhi oleh teori teori beserta rumus, untunglah mata mereka tak keluar dari tempatnya karena terkejut.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang