Delapan Puluh

47.8K 7.9K 2.8K
                                    

Azka terus memandangi gadisnya yang saat ini tengah terlelap, terhitung sudah tiga hari gadisnya itu di rawat, namun hingga saat ini Syifa belum juga mendapatkan kembali ingatannya, selama itu pula, Azka memutuskan untuk tak masuk sekolah dengan alasan ingin menjaga gadisnya.

Perihal pertanyaannya tempo lalu mengenai kronologi kematian sang bunda yang ia tanyakan pada Umma Mira, ia telah mendapatkan jawaban yang masuk akal, namun begitu, tetap saja ia masih kekeh dengan opininya jika bundanya itu masih hidup.

Azka memandang sekitarnya, sepi dan hening,hanya ada dirinya dan Syifa disini karena Umma Mira baru saja pamit pulang untuk membersihkan diri, Azka menghelakan nafasnya, gabut juga ya ternyata, lalu apa yang di lakukan Umma Mira kemarin kemarin jika sedang sendirian menunggu Syifa?

Pandangannya jatuh pada sebuah gitar yang ada di pojok ruangan, itu milik Diego yang kemarin tertinggal, niatnya ingin konser bersama namun ndak jadi karena senarnya putus dan baru di ganti pagi tadi.

Azka mengambil gitar itu dan mulai memainkannya, lumayan daripada gabut gak ngapa-ngapain, mendingan main gitar menghibur diri sendiri, meskipun ada Syifa di ruangan itu, ia yakin jika gadisnya itu tak mungkin dengar.

Jreng

Hari hari kulalui sendiri di sini
Ku berteman sepi tanpa hadirmu
Yang membuatku merasakan
Rindu di hatiku

Lagu itu mengalun indah dari bibirnya, bukan apa-apa, ia hanya ingin mengungkapkan apa yang tengah di rasakannya sekarang.

Tanpa Azka sadari, Syifa mendengar lantunan indah itu, ia menyunggingkan bibirnya membentuk senyuman indah di wajahnya, gadis itu perlahan membuka matanya lalu menoleh ke arah Azka yang masih setia bernyanyi.

Kini jarak memisahkan cerita ini
Tapi bukan penghalang sebuah hubungan
Yang ku harap hanyalah doa
Semoga kita cepat berjumpa

Azka memejamkan matanya, menghayati setiap kata dalam lirik lagunya, ya! Ia ingin cepat berjumpa dengan sosok gadisnya yang dulu.

Oh Tuhan tolonglah
Sampaikanlah salamku kepadanya
Untuk dia yang belum bisa
Kutatap indah wajahnya

Azka refleks menoleh kala lagu itu di lanjutkan liriknya oleh- sang gadis? Oh, rupanya gadisnya itu sudah bangun dari tidurnya dan lihatlah bahkan ia dalam posisi duduk sekarang, ia sampai tak sadar karena terlalu menghayati lagunya.

"Sayang." Panggil Azka lembut, ia berjalan mendekat menghampiri gadisnya, "Udah bangun, hmm?" tanyanya seraya mengusap lembut kepala Syifa.

Gadis itu mengangguk namun mendadak wajahnya menjadi murung, ia menatap lekat manik Azka yang tengah memandangnya, di usapnya rahang tegas itu membuat Azka mengernyit bingung.

"Kenapa?" tanya Azka peka, ia menyadari perubahan wajah gadisnya itu dan gelagat aneh yang di tunjukkannya.

Syifa menghelakan nafasnya, "Kak Azka pasti nahan sakit sendirian ya gara-gara Syi hilang ingatan?"

Azka tak bergeming.

"Maafin Syi ya, Syi yakin pasti selama ini Syi udah banyak banget ngerepotin Kak Azka, dan Syi mohon, tolong bantu Syi untuk mengingat lagi semuanya, karena jujur, Syi juga tersiksa dengan keadaan Syi yang sekarang." Jelasnya.

Azka mendekap Syifa, meletakkan kepala gadis itu di dada bidangnya, "Dengerin ya, bahkan sekarang ini Azka sangat bahagia karena Syi udah mulai menerima Azka, dan tanpa Syifa minta pun Azka akan bantu Syifa untuk mengingat lagi hal yang Syifa lupakan, karena jika Syifa ingat maka kita akan jauh lebih bahagia." Balasnya lembut.

Syifa mengangguk singkat lantas merenggangkan dekapannya, "Oh iya Syi mau cerita deh." Tukasnya.

"Cerita apa?" balas Azka seraya membetulkan posisi duduknya. Ia memangku tangannya dengan mata yang fokus tertuju pada gadisnya.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang