Empat Puluh Satu

161K 15.5K 2K
                                    

Sesuai kesepakatan,Syifa dan teman teman sudah berkumpul di sebuah cafe sekarang,tapi tidak di depan sekolah karena mereka rasa ini adalah sebuah misi rahasia yang tak boleh orang banyak tau,apalagi tentang kedekatan mereka satu sama lain,bisa jadi trending nanti kalau mereka tau ketua dua geng besar di Jakarta berada dalam satu meja.

Disana masih terlihat empat orang yang baru datang,satu dari mereka yang tak lain adalah Revan sedang dalam perjalanan katanya,dan kalian tau siapa yang mengabari Revan,azka.ya yang mengabari Revan adalah Azka setelah desakan dari Syifa tentunya.

Sejujurnya sampai sekarang Syifa belum tau ada masalah apa antara Revan dan juga suaminya Azka.tapi ia yakin jika masalah itu pasti sangat runyam karena terbukti sampai memisahkan dua sahabat yang sudah berteman sejak kecil,itu sih opininya si Syifa aja ges.

Suara lonceng dari arah pintu berbunyi menandakan jika ada orang yang masuk,mereka tersenyum kala Revan lah yang hadir, lelaki itu langsung mengambil tempat di kursi sebelah Azka yang memang sengaja disisakan disana.hitung hitung buat pdkt an lagi.

"Lama"celetuk Azka yang setia dengan wajah datarnya.

Revan mendengus malas, kebiasaan Azka masih sama dengan dua tahun lalu,lelaki itu akan tampak kesal jika disuruh menunggu.

Sejatinya manusia akan lelah jika disuruh menunggu,apa lagi menunggu hal yang tak pasti,kek digantungin kamu misalnya,eak.

Syifa menggeleng pelan melihat respon Azka,padahal Revan baru telat lima menit dan lelaki itu sudah marah,lalu apa kabar dirinya yang nanti juga telat jika sedang ditunggu Azka?

"Mau langsung mulai apa pesen makan dulu"tawar Melly, seketika mata Syifa berbinar mendengarnya,jika ditawari hal yang salah satunya bersangkutan dengan makanan,maka jangan di tanya jika Syifa pasti akan memilih makanan.

"Mau makan dulu"sahutnya cepat,perkataannya memotong ucapan Revan yang sebelumnya ingin pertemuan ini langsung di mulai saja.

"Gentong Lo"cibirnya

Syifa mendelik tajam,gadis itu tak terima jika di Katai gentong,hello porsi makanya juga normal seperti wanita kebanyakan, kecuali jika memang dirinya sedang lapar,oh jangan ditanya porsi makanya sebanyak apa,yang jelas banyak banget.

Melly mendengus malas, sepertinya mulutnya sudah salah berbicara,lihatlah sekarang,seorang syifa dengan santainya langsung membuka buku menu yang memang dari tadi sudah gadis itu perhatikan.

"Syi mau rujak aja deh"ujarnya seraya menutup kembali buku menu itu,memang dari banyaknya makanan,gadis itu langsung tertarik dengan kata rujak yang berbaris rapih di kolom minuman.

Melly mendelik tajam, ia tak akan membiarkan Syifa memesan rujak, karena seingatnya terakhir kali Syifa memakan makanan itu,gadis itu langsung terkena penyakit diare.

"Yang lain,gak boleh lo makan rujak"ujar Melly tajam.

Syifa mendelik malas, sebenarnya tadi ia ragu untuk memesan rujak karena keberadaan Melly didekatnya yang sudah dipastikan jika gadis itu akan melarangnya,dan benarkan kejadian sekarang.

"Gak pesen yang pedes kok Mel"nego Syifa,gadis itu sampai mengatupkan kedua tanganya memohon.

Azka sebenarnya kasihan dengan Syifa,tapi yang dibilang Melly itu benar,lebih baik jika gadisnya tak memakan rujak,karena walaupun dia bilangnya gak pedes,tapi gak pedesnya itu kira kira setara dengan level lima belas,kan gila.

"Jangan,pesen yang lain aja"ujar Azka lembut dengan mengusap pelan kepala Syifa yang dibalut hijab.

Gadis itu menghelakan nafasnya,baru ingin berkata 'iya' tapi pandangannya lebih dulu menangkap seporsi rujak yang dibawakan pelayan cafe untuk orang yang memesan.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang