Extra Part

44.1K 3.6K 167
                                    

Siapa nih yang enggak sabar buat baca extra part My Bad Boy Azka?

Jangan lupa klik bintang + komen yang banyak, ya.

Happy Reading

*****

17 tahun berlalu begitu cepat, tak terasa kini Kafka dan Aca sudah duduk di bangku menengah atas, Alfa menjadi CEO di perusahaannya sendiri, sementara Azka dan Syifa masih menjadi suami istri yang kian bahagia.


Meskipun usia sudah semakin tua, namun nyatanya wajah keduanya masih tetap awet muda, pola pikir mereka dewasa dan point pentingnya, sifat bucin Azka masih hinggap di dirinya, lelaki itu makin menjadi jika hanya berdua dengan istrinya, apalagi setelah anak anak mereka tumbuh dewasa, tak ada lagi yang mengganggunya, tangisan bayi dan semacamnya, semua raib di telan usia.

Seperti saat ini, Syifa yang tengah menyiapkan sarapan pagi di kejutkan dengan sepasang tangan yang melingar di pinggangya, hembusan nafas kasar turut ia rasa di leher jenjangnya membuat bulu kuduknya meremang seketika. Tanpa menoleh pun ia sudah tau siapa pelakunya, siapa lagi kalau bukan Azka suaminya.

“Syi.” gumam Azka serak.

“Kenapa?” Ia menyentuh tangan Azka di perutnya. Sejenak ia terdiam, suhu badan Azka lebih hangat dari biasanya. Apakah suaminya ini sakit?

Syifa mematikan kompor dan beralih menghadap Azka, ia menyentuh dahi sang suami untuk mengecek suhunya. Benar, lebih hangat dari biasanya, tatapan matanya pun sayu dan bibirnya pucat.

“Kak Azka sakit?” Ia menangkup wajah damai suaminya.

Azka menggeleng lemah, ia justru menjatuhkan kepalanya di pundak Syifa dan merengkuh gadis itu dalam dekapannya. Nyaman, satu kata yang dirasakannya sekarang, kalau ia tak memikirkan bagaimana kondisi rumah dan anak anaknya nanti, mungkin ia sudah membawa gadisnya masuk ke dalam kamar dan mengurungnya seharian. Sayangnya, ia tak boleh egois melakukan itu semua.

“Pasti gegara semalem begadang, udah begadang minumnya es,” tebak Syifa tepat sasaran. Memang suaminya semalam mengerjakan pekerjaan kantor hingga larut, ia pun ikut menemani karena tak tega meninggalkannya sendirian.

“Kan udah Syi bilang jangan minum es, masih aja minum.”

“Iya iya by, maaf.”

“Nah kan, ini namanya gak tau tempat, udah tau di rumhanya ada 3 jomblo masih aja mesra mesraan di tempat umum, gimana anaknya gak pengen coba?”

Cuitan itu datang dari dari anak bungsunya yang sudah berdiri di ujung tangga bersama dua kakak laki lakinya. Syifa buru buru melepaskan Azka dan beralih menggiring lelaki itu ke meja makan.

Alfa dan Kafka menggeleng pelan lantas mengusap kepala Aca bergantian, mengisyaratkan pada adik bungsu mereka untuk tetap bersabar di tengah gempuran pamer ayang yang sedang marak maraknya.

Aca mendesah pelan dan berjalan mendekat ke meja makan, mendudukkan dirinya kasar di salah satu kursi tepat di samping kakak pertamanya, Alfa.

“Gak apa apa Ca, sendiri itu lebih baik, dari pada berdua tanpa ikatan yang jelas.” ucap Alfa mengerti perasaan sang adik.

“Kenapa sih Ca, pagi-pagi udah badmood aja?” tanya Azka seolah tak terjadi apa apa, padahal sudah jelas alasannya badmood pagi ini karena kedua orang tuanya bermesraan di tempat umum. Sebenarnya hal itu lumrah ia lihat di rumah, namun entahlah pagi ini rasanya ia benar benar malas melihatnya.

My bad boy Azka Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang