30

665 58 8
                                    

Ini masih sangat pagi kala Eunjo datang terbirit-birit menghampiri Gina yang bahkan masih tertidur pulas di kasur empuknya. Mengguncang guncang tubuh Gina seraya terus mengudarakan panggilan hingga gadis itu tersentak keluar dalam alam mimpinya.

Gina menyingkap sedikit kelopaknya tatkala suara Eunjo tertangkap rungu,  lantas melirik si pengganggu sekilas dan beralih mengambil ponsel yang ia letakan di sisi kasur tuk sekedar melihat layarnya yang menunjukan pukul lima pagi lewat dua menit.

Seolah sudah terbiasa akan laku Eunjo yang suka tiba-tiba datang menghampirinya dengan kehebohan, Gina pun menilik Eunjo dengan tampang malasnya. Ayolah, ini masih terlalu pagi untuk memulai hari dengan celotehan Eunjo.

"Gina-ya! Gina-ya! Gina-ya!"

Antusiasme nampak jelas dari cara Eunjo menyebut nama Gina. Seolah ia membawa berita besar pagi ini.

"Ceritakan sekarang," todong Gina langsung masih dengan rasa kantuknya sesaat ia terbangun dalam posisi duduk bersimpuh di atas kasur menghadap Eunjo.

Dengan perasaan menggebu gebu Eunjo memperlihatkan ponselnya sebagai gantinya. Ia terlalu senang sampai tak bisa berucap.

Gina mengernyit tak mengerti. "Ini apa?"

"Dia menghubungiku!" Eunjo memekik heboh, tangannya turut andil bergerak riang kesana kemari.

"Oke, oke. Ambil nafas yang dalam, lalu hembuskan." Gina menepuk nepuk pundak Eunjo yang seakan lupa bernafas sangking senangnya. Hingga gadis itu mengikuti instruksi. Menarik nafas dan menghembuskannya.

Eunjo tidak lebay, sungguh. Siapapun yang berada di posisinya sekarang pasti akan berlaku sama.

Setelah cukup merasa tenang Eunjo pun siap bercerita. "Jadi begini, aku memberikannya hadiah sewaktu ikut fansign kemarin, dan tiba-tiba dia meminta nomor ponselku sambil mengerlingkan mata. Astaga, aku girang bukan main waktu itu, kupikir dia menyukaiku. Karena tampaknya hanya aku seorang yang dimintainya nomor ponsel waktu itu. Tapi, setelah sekian lama menunggu dia tak kunjung menghubungi ku, jadi kupikir itu hanya bagian dari fan servicenya."

"Jadi sekarang dia sudah menghubungimu?" Gina berusaha menimpali.

Eunjo mengangguk cepat berulang kali, seperti ada per di lehernya. "Dia mengirim pesan sejak semalam, tapi aku baru baca tadi. Katanya dia ingin aku datang di acara meet and great nya nanti."

"Itu bagus," komentar Gina begitu saja. Sebenarnya ia tidak terlalu mendengarkan dan mencerna baik cerita Eunjo itu sebab kesadarannya belum terkumpul sepenuhnya.

"Wait... Meet and great?" tanyanya tersadar akan kalimat terakhir Eunjo. Jika ada meet and great bukankah itu berarti seseorang yang menghubungi Eunjo ini bukan orang biasa?

Eunjo kembali menggerakkan kepalanya ke atas dan ke bawah, lalu membaringkan dirinya di kasur Gina dengan rasa bahagia yang membuncah di dada.

"Ah... Jackson Oppa benar-benar menghubungiku," ungkapnya dengan pandangan menerawang menatap langit-langit.

Gina tersentak kaget. "DIA?!"

Sontak raut muka Gina berubah seketika, sirat ketidaksukaan tergambar jelas di wajahnya kini.

Oh, tidak. Please, jangan nama itu lagi, batinnya.

"Eunjo-ya, blokir nomor itu sekarang juga!" titahnya bagai ultimatum yang tak bisa dilanggar.

Eunjo kontan terbangun dari perbaringannya. Menyorot Gina heran, namun tetap menimpali dengan santai."Kau kenapa? Iri yah?" candanya.

Gina memasang wajah serius. "Kim Eunjo, dengarkan aku! Jangan pergi ke sana dan blokir nomornya."

Destiny With Bangtan (COMPLETED)Where stories live. Discover now